Press "Enter" to skip to content

Masa depan Uni Eropa dan Inggris tergantung pada Referendum Brexit, Esok cari

DW.com — Besok Inggris Raya akan memutuskan untuk tetap jadi anggota Uni Eropa atau keluar. Kubu pendukung dan penentang sudah baku hantam lewat kampanye, terutama menyangkut dua masalah: imigran dan ekonomi.

Pimpinan utama kubu pendukung keluarnya Inggris Raya dari keanggotaan dalam Uni Eropa (UE), yang disebut Brexit, juga pimpinan kubu lawan mengadakan kampanye ke seluruh penjuru Inggris dalam beberapa waktu terakhir, menjelang pemberian suara, Kamis (23/6). Kampanye terakhir untuk memenangkan suara warga yang belum menentukan pendapat akan berlangsung di berbagai bagian ibukota London.

“Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi,” kata PM Minister David Cameron kepada harian Financial Times dalam serangkaian wawancara tahap akhir menjelang Kamis. Ia menambahkan, “Saya pikir Inggris tidak akan mau melewati fase seperti ini lagi.” Cameron mempropagandakan keanggotaan Inggris dalam UE, dan menurut jajak pendapat terakhir, kubu itu menang tipis, 51%.

Sadiq khan & Boris Johnson
Sadiq khan & Boris Johnson

Sementara itu di sosial media menyebar berita skeptisnya Ratu Inggris, Elisabeth II tentang keanggotaan Inggris Raya dalam UE. Dalam sebuah acara makan malam bersama ia mengajukan pertanyaan: “Berikan kepada saya tiga alasan mengapa Inggris Raya harus tetap jadi anggota Uni Eropa.”

Rakyat Inggris berikan perhatian besar atas debat terakhir Selasa (21/06), baik kubu Brexit maupun anti Brexit punya kesempatan memaparkan argumentasi terakhir dalam debat televisi. Kubu Brexit diwakili mantan walikota London, Boris Johnson. Selama ini Johnson sudah jadi salah satu suara terlantang yang menuntut keluarnya Inggris. Sementara kubu anti Brexit diwakili Sadiq Khan, warga Muslim keturunan Pakistan, yang sekarang menjabat walikota London.

Dalam debat yang diadakan di Wembley Arena, Khan menuduh Johnson menyebar kebohongan dan menyulut rasa takut. Khan merujuk pada sebuah kampanye kubu Johnson yang memberikan kesan, seolah Turki akan segera jadi anggota Uni Eropa.

Di lain pihak, Johnson menemukan sokongan dalam argumentasi sebagai negara berdaulat yang tidak perlu menerima instruksi dari birokrat Uni Eropa. Mengingat kampanye salama ini terfokus pada isu ekonomi dan kekhawatiran soal imigran, Khan menuduh kubu Brexit menyokong rasa benci kepada imigran. Walikota London itu mengatakan, rakyat Inggris kini harus membuat keputusan yang berdampak pada generasi mendatang, dan mendorong mereka untuk mengambil “keputusan positif dan patriotik untuk tetap jadi anggota Uni Eropa.”

Clicktime.euDampak Brexit bagi ekonomi belum sepenuhnya terungkap
Para direktur lebih dari separuh perusahaan terbesar Inggris mendorong rakyat Inggris untuk memilih keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa, dalam referendum Kamis besok. Sekitar 1.300 bisnis eksekutif, termasuk dari 51 perusahaan terbesar dalam pasar bursa London, menandatangani surat yang disampaikan kepada koran The Times. Dinyatakan, Brexit akan menyebabkan goncangan bagi perusahaan, merosotnya perdagangan dengan Eropa dan berkurangnya lapangan kerja. Demikian dinyatakan kepala perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 1,75 juta orang.

Jika Inggris Raya keluar dari Uni Eropa, ini juga bisa jadi pukulan besar bagi sektor industri otomotif Jerman. Demikian Manuel Andersch dari bank Bayern LB yang dimiliki pemerintah Bayern. Ia menambahkan, perusahaan BMW yang juga bermarkas di ibukota Bayern, München akan menderita paling besar. BMW tidak hanya menjual mobil di Inggris lebih banyak daripada saingannya, Audi dan Mercedes, tetapi juga mengoperasikan empat pabrik di Inggris.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.