Kaum Minoritas: Kemerdekaan AS Hanya Untuk Kulit Putih

Banyak kelompok minoritas warga AS mengaku tak lagi merasa nyaman dengan kondisi politk dan keamanan AS dewasa ini. NPR mengabarkan, Hari Kemerdekaan AS ke-241 yang dirayakan Selasa (4/7/2017) dirasakan tak lagi punya makna bagi para imigran.

 

‘’Apa yang kami rayakan? Apakah kami merayakan demokrasi? Demokrasi untuk siapa?’’ tanya Patricia Montes. Perempuan imigran dari Honduras ini merasa pedih menyaksikan banyaknya anak-anak imigran dideportasi ke negaranya di Amerika Tengah tanpa diproses hukum lebih dulu. Patricia juga sedih menyaksikan penggrebekan di komunitas Latin dan Muslim yang menimbulkan panik dan ketakutan.

Tak cuma itu. Komunitas Suku Indian juga tidak merayakan kemerdekaan AS pada 4 Juli 2017. Mereka khawatir pembangunan jalur pipa minyak di North Dakota, akan mengancam sumber air minum mereka, bila bocor. Polisi menangkap 700 pendemo anti pembangunan pipa gas dan minyak, selama Agustus 2016 hingga Februari 2017. Pemerintahan Presiden Donald Trump menyetujui pembangunan pipa minyak bernilai $ 3,8 miliar yang telah dimulai 1 Juni lalu. ‘’Setiap tahun, kami merayakan Hari Kemerdekaan dengan perasaan yang berbeda. Tahun ini juga sama,’’ kata Ruth Hopkins, anggota Suku Indian Sisseton Wahpeton Oyate di South Dakota.

Perasaan tak adil juga dirasakan oleh kaum hitam Amerika Serika, sejak peristiwa penembakan Michael Brown di Ferguson, Missouri, 2014 lalu. Hanya sedikit opsir polisi yang dihukum karena menembak mati warga hitam. Bahkan Jeronimo Yanez, seorang polisi di St Paul, Minnesota dibebaskan walaupun menembak mati Philando Castile, seorang lelaki hitam penjaga kafetaria yang baru pulang kerja, 6 Juli 2016.

‘’Keadilan ternyata tidak berlaku bagi semua orang,’’ kata Phillips yang ikut aksi protes selama beberapa pekan menuntut keadilan terhadap Michael Brown. ‘’Banyak orang yang kehilangan harapan,’’ katanya. Sedangkan Janette McCllland, pemusik dari Albuquerque New Mexico mengaku tidak berminat merayakan Hari Kemerdekaan AS. ‘’Hari libur itu hanya bagi kaum kulit putih saja,’’ kata pemusik perempuan itu. ‘’Rasanya seperti hari-hari biasa saja, tidak ada yang khusus,’’ lanjut Janette.

SaveSave

.

Recent Posts

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

1 week ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

1 week ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

2 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

3 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

3 weeks ago

Indonesia Bagian dari Kongres CSW 68-Side Event di UN, NY, Membahas tentang Kemiskinan dan Pemberdayaan Perempuan

CSW 68 adalah salah satu kegiatan tahunan dari United Nations Commision on the Status of…

3 weeks ago