Bong Joon-Ho: Satu-satunya Bajingan Sejati adalah Sistem

Oleh: Lea Pamungkas.

Apa ini ? satu satir tajam, tragik-komedi, atau sebuah drama hitam ? Parasite karya sutradara Bong Joon-Ho, menuliskan sejarah terbaru dalam dunia perfilman internasional. Film Asia pertama yang memenangkan Oscar. Sebelumnya film ini pun memenangkan Golden Palm dalam film festival Cannes.

 

“Menurut pendapat saya, orang-orang kaya adalah parasit di dunia ini, “jelas Bong, kepada de Filmkrant, Desember yang lalu. Dan film-filmnya selalu kritis mereaksi peristiwa sosial di sekitarnya. Lihat Snowpiecer (2013), yang diinsipirasi sebuah novel Perancis tentang diskriminasi di sebuah kereta yang membawa manusia terakhir di bumi. Atau Okja (2015), tentang manipulasi genetik di peternakan babi yang dilakukan satu perusahaan bio-industri di Amerika.

Eksistensi yang disuapi
“Orang-orang miskin menginfiltrasi villa mewah orang-orang kaya, tapi bukankah si kaya yang membuka pintu buat si miskin. Supaya mereka dikagumi, dipuja, dan dicemburui. Dan dengan cara itu, eksistensi mereka disuapi dan dirawat,” tambah sutradara Korea Selatan yang memulai debutnya dengan film Barking Dogs Never Bite (2000). “Dan saya sangat tertarik dengan refleksi psikologis antara dua kelompok sosial ini. Karenanya tak ada karakter bajingan tipikal dalam film ini.”

Halnya semua film Bong, satu-satunya bajingan sejati adalah sistem yang membuat keniscayaan manusia tidak egaliter. Dia pernah bikin film tentang para pembunuh, penculik, atau monster. Tetapi selalu, ‘kapitalisme adalah kekuatan penghancur dalam film-film saya.”

Mendukung masa depan
Dengan film, Bong Joon-Ho menciptakan genre-nya sendiri, halnya Inaritu atau David Lynch atau Tarantino. Diia membuat film aksi yang berdarah-darah, film thrillers yang yang bikin sesak nafas, atau film horor yang membuat kita menggigit kuku; tetapi satu-satunya ketakutan yang dimilikinya adalah “ Kesenjangan menganga antara si kaya dan si miskin.”

Terlepas banyaknya energi yang dituangkan ke dalam apa yang disebut perbaikan sistem, kesenjangan itu hanya bertambah besar. Generasi hari ini, terjebak di dalamnya tanpa mampu menyelesaikan. Saya mendukung masa depan. Film-film saya mencerminkan hal itu.”

Lea Pamungkas

Jalan Pintas ke Puncak
Selesai menonton Parasite, kepala saya penuh pertanyaan. Jadi siapa sebenarnya korban terbesar dari kegadungan ini ? Dan apa yang bakal tersisa dari kemanusiaan dan solidaritas ketika kecemburuan yang paling buruk tidak menyisakan apapun? Dan sistem yang terjadi di sekitar kita telah membuat orang- orang dari kalangan kelas bawah, mengambil jalan pintas untuk berjuang sampai ke puncak.

Kita sudah melihatnya di mana-mana, di sekitar kampung kita, para tetangga, saudara kandung, atau seseorang yang wajahnya terefleksi depan cermin. (Lea Pamungkas)

 

.

Recent Posts

Di Balik Kisah Gaza: Ratusan Mahasiswa Ditangkap, Apa Kata Koalisi HAM?

Aksi Israel di Gaza membuat banyak mahasiswa di hampir seluruh penjuru dunia bangkit dan protes.…

3 days ago

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

2 weeks ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

2 weeks ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

3 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

4 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

4 weeks ago