Menengok Jenasah dari Balik Jendela Rumah Duka

Begitu sibuknya warga Amerika, sampai-sampai mereka tidak punya waktu untuk menghadiri pemakaman sanak saudara atau kerabatnya. Namun, kini mereka tidak perlu khawatir, sebab kini banyak tersedia layanan ‘penghormatan jasad’ kilat yang ditawarkan sejumlah rumah duka.

Salah satu di antaranya disediakan oleh Paradise Funeral Chapel. Rumah duka di Saginaw, Michigan ini menyediakan penghormatan kilat cukup unik. Para pelayat bisa melihat dan memberikan doa dari atas mobil dalam waktu singkat, seperti layaknya pemesan makanan cepat saji di Restoran McDonald.

Di rumah duka itu, pelayat juga bisa memberi sumbangan dan menanda tangani buku duka. ”Proses keseluruhan tidak sampai satu jam,” tulis situs commercialappeal.com

Seperti diketahui, melayat di AS butuh waktu lebih dari satu jam. Para pelayat antre di depan pintu, lalu menanda tangani buku tamu, kemudian antre lagi untuk memberi penghormatan terakhir. Ini penghormatan dengan mengucapkan doa atau menengok jasad almarhum atau almarhumah yang disemayamkan di dalam peti mati, untuk terakhir kali.

Proses itu dianggap terlalu lama, sehingga kini muncul sejumlah pengormatan secara instan. Saat pelayat tiba di rumah duka, pelayat akan melihat tanda hitam dan emas bertuliskan: ‘Drive Thru Viewing’. Di jalur itu, pelayat ditemui seorang penjaga rumah duka yang menyodori IPad untuk ditanda tangani atau memberi sumbangan dana.

Setelah itu, barulah dipersilakan menengok jenasah yang wafat, lewat jendela kaca berukuran besar. Setelah berdoa sejenak, pelayat bisa pulang atau menghadiri upacara pemakaman.

”Cara ini bisa membantu pelayat yang cacat fisik,” tutur Ryan Bernard. Pemilik rumah duka Paradise Funeral Chapel, hasil renovasi sebuah bank tua yang dibelinya tahun 2014. Tapi, ”Kami masih punya layanan tradisional kok,” sambung Ryan.

 

Meski begitu, ada saja yang protes, seperti yang diungkapkan Bob Arrington. Pemilik rumah duka di Jackson Tennessee ini tidak mau menyediakan layanan kilat. ”Jenasah tidak boleh ditaruh di balik kaca seperti barang di etalase toko,” kata Bob Arrington. ”Kok seperti jualan mobil atau pakaian saja,” sambungnya.

Pendapat itu disetujui Ryan Benard. ”Saya juga tidak tega memajang jenasah kakek atau nenek saya dari balik kaca, kok,” ujarnya. (DP)

.

Recent Posts

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

7 days ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

1 week ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

2 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

3 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

3 weeks ago

Indonesia Bagian dari Kongres CSW 68-Side Event di UN, NY, Membahas tentang Kemiskinan dan Pemberdayaan Perempuan

CSW 68 adalah salah satu kegiatan tahunan dari United Nations Commision on the Status of…

3 weeks ago