Perkebunan anggur Trump Winery pekerjakan buruh asing

Perkebunan anggur ‘Trump Winery’ milik Eric Trump yang terletak di dalam kawasan Trump Vineyard Estate, Charlottesville, Virginia, mempekerjakan sekitar 30 petani yang didatangkan dari luar AS.

Menurut kantor berita Associated Press, Rabu (22/3/2017), perusahaan milik putra Presiden Donald Trump itu mengajukan visa H-2 ke pemerintah federal. Visa bagi enam pekerja di antaranya telah diajukan sejak Desember 2016, dan sisanya sebanyak 23 orang diajukan permohonan visanya Februari 2017.

 

Menurut seorang pengacara setempat yang bekerja di perkebunan anggur Virginia, para pengusaha kebun anggur mengajukan visa bekerja H-2 karena terpaksa. ‘’Sangat sulit mencari orang yang bersedia bekerja di perkebunan,’’ katanya. ‘’Tidak banyak pekerja yang mau bekerja sebagai pekerja musiman seperti di bidang perkebunan, pertanian, penata kebun, dan pekerja tanpa keahlian khusus. Bukannya tidak ada sama sekali, tetapi masih kekurangan pekerja,’’ lanjut pengacara tadi.

Untuk mendapatkan izin H-2, para pengusaha perkebunan, seperti Eric Trump, harus dapat menunjukkan ke Departemen Tenaga Kerja AS, bahwa mereka tidak punya pekerja yang berkualitas. Pihak Trump Winery mengaku mereka butuh tenaga kasar di perkebunan untuk menanam tanaman dan merawat pohon anggur yang merambat tinggi. ‘’Bahkan banyak yang dibutuhkan untuk memangkas pohon anggur dan pekerjaan lain di perkebunan anggur,’’ kata seorang petugas di Trump Winery. Selama ini, pekerjaan perkebunan banyak diisi oleh buruh kasar yang didatangkan dari Mexico yang dikenal sangat rajin, melebihi pekerja warga Amerika yang pilih-pilih pekerjaan.

Dan yang mengejutkan, permintaan tenaga kerja kasar juga dibutuhkan lapangan golf Mar-a-Lago milik Donald Trump di Florida. Organisasi Trump menyebutkan, hanya sedikit sekali tenaga kerja warga Amerika yang tidak bisa menangani beberapa pekerjaan khusus. ‘’Seperti menunggu para tamu, memasak makanan para tamu, membersihkan kamar selama musim liburan yang mengalami puncaknya di Florida yang hangat,’’ tulis Quartz.

Jadi? Jangan heran bila motto yang senantiasa disuarakan Donald Trump selama kampanye: ‘’Buy American and hire American’’ tidak berlaku di perusahaan Trump Organization.

.

Recent Posts

Memory of Indonesia: Lawan Alzheimer Lewat Budaya dan Musik

Ratusan diaspora Indonesia lintas organisasi dan generasi berkumpul dalam acara tahunan Memory of Indonesia, Sabtu…

1 day ago

Perkelahian Berujung Maut, WNI Ditangkap di Bald Knob

Seorang pria Indonesia bernama Muhamad Cakra (44) ditangkap polisi setelah menikam seorang warga negara Indonesia…

1 week ago

Skandal Seks Belasan Biksu Mengguncang Thailand

Sebuah kasus skandal seks yang melibatkan belasan Biksu Budha di Thailand, terbongkar Kamis lalu. Para…

2 months ago

Dari Kampus Amerika ke Panggung Indonesia

Pulang dengan Bekal Dunia, Membentuk Wajah Baru IndonesiaOleh: Burhan Abe Ketika Nadiem Makarim menjejakkan kaki…

2 months ago

“Spotlight of Indonesia” Memukau Penonton di Museum Sandy Spring, Maryland

Sandy Spring, Maryland, AS — Riuh tepuk tangan dan decak kagum menggema di Museum Sandy…

2 months ago

Presiden Trump Terapkan Tarif 19 Persen Bagi Produk Indonesia ke AS

Barang-barang impor dari Indonesia ke AS akan dikenai pajak 19 persen, sedangkan produk AS tidak…

2 months ago