Para Korban Penembakan Las Vegas Tuntut Hotel Mandalay Bay

Korban penembakan Las Vegas menuntut pihak Hotel Mandalay Bay dan MGM Resort International karena lalai dan tidak mampu menjamin keselamatan pengunjungnya. Business Insider mengabarkan Rabu (11/10/2017), selain dua hotel tersebut, mereka juga menuntut Live Nation Entertainment Inc, penyelenggara musik Country.

Dalam tuntutannya, Paige Gasper, salah seorang korban, menyebutkan Mandalay Bay gagal memantau tamunya dan memonitor kawasan hotel itu menggunakan kamera pengintai. ‘’Mandalay Bay juga gagal memberikan latihan yang cukup bagi para karyawan untuk melaporkan dan mengetahui pelaku yang mencurigakan,’’ bunyi surat tuntutan itu.

 

Dick Hudak, Managing Partner Konsultan Keamanan Resor menjelaskan, karyawan hotel telah dilatih untuk memantau para tamu yang mencurigakan. Sayangnya dalam kasus ini, mereka tampaknya kebobolan. Buktinya, tiga hari sebelum tragedi itu, Stephen Paddock pelakunya, memesan kamar di hotel mewah itu tanpa dicurigai. Padahal saat melakukan penembakan, Paddock memiliki 10 tas penuh berisi senjata api berbagai kaliber ke kamarnya. Menurut polisi, Paddock juga menempatkan dua kamera pengintai di lorong hotel dan kamera di lubang pengintai di pintu kamar hotelnya.

Sementara itu, Debra DeShong jurubicara pihak MGM Resort menjelaskan, ‘’Insiden tragis yang terjadi 1 Oktober lalu, benar-benar direncanakan secara rapi,’’ tulisnya dalam pernyataan resmi. ‘’Kami tengah memfokuskan pada langkah-langkah untuk mendukung para korban. Tanpa mengurangi rasa hormat pada para korban, kami akan menanggapi lewat jalur hukum,’’ sambungnya.

Tuntutan yang dilancarkan Paige Gasper dan korban lain, setidaknya merupakan preseden baru bagi pengelola hotel untuk menjamin keselamatan para tamunya. Hingga kini, industri perhotelan ternyata tidak memiliki standar baku tentang keamanan, dan hotel tidak bertanggung jawab atas keselamatan tamunya. ‘’Jika Kongres tidak meregulasi kepemilikan senjata, maka masalah ini akan menjadi tanggungjawab pihak swasta, yang akan menerapkan regulasi masing-masing kawasan hotelnya,’’ kata Heidi Li Feldman, profesor Georgetown Law School.

.

Recent Posts

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

1 week ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

2 weeks ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

2 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

3 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

3 weeks ago

Indonesia Bagian dari Kongres CSW 68-Side Event di UN, NY, Membahas tentang Kemiskinan dan Pemberdayaan Perempuan

CSW 68 adalah salah satu kegiatan tahunan dari United Nations Commision on the Status of…

3 weeks ago