Categories: DiasporaPolitics

Presiden Trump Cabut Larangan Masuk Pengungsi Muslim

Presiden Trump cabut larangan masuk ke AS yang pernah diterapkan bagi para pengungsi dari 11 negara Muslim,  Selasa (24/10/2017).

The Guardian mengabarkan, dalam perintah eksekutif itu disebutkan pula, kebijaksanaan baru tersebut akan dievaluasi lagi dalam tiga bulan ke depan. Artinya, bila tidak terjadi aksi kekerasan dalam waktu tiga bulan, maka para pengungsi tetap diizinkan masuk AS. Tapi, bila terjadi kekerasan, maka larangan pengungsi akan diterapkan kembali.

Pihak Gedung Putih menolak merinci pengungsi dari negara mana saja yang diizinkan kembali masuk ke AS. ‘’Setiap pemohon dari negara-negara itu akan dipertimbangkan per kasus,’’ tutur seorang pejabat Gedung Putih.

Perintah eksekutif Trump itu juga menunda sebuah program yang intinya mengizinkan sanak keluarga berkumpul kembali bersama para pengungsi yang tinggal di AS. Namun penundaan itu juga akan dilanjutkan lagi setelah ditelaah dan ada peninjauan secara lebih detil. Bulan lalu, Trump mengeluarkan larangan masuk bagi imigran yang datang dari Chad, Iran, Libya, Korea Utara, Somalia, Suriah, Venezuela dan Yaman. Namun larangan yang berdasarkan perintah eksekutif Trump itu, untuk sementara ditangguhkan oleh hakim distrik Washington DC, beberapa jam sebelum diberlakukan.

AS membantah tuduhan bahwa Pemerintahan Trump memang berniat menerapkan diskriminasi terhadap warga dari Negeri Muslim. Para pengecam Trump menilai langkah pemimpin AS itu masih tetap dilakukan terhadap penduduk dunia yang membutuhkan bantuan. ‘’Ini bakal berlangsung beberapa bulan ke depan, terutama para pengungsi yang terdiri dari kaum wanita dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan dan solusi,’’ tutur Jennifer Sime, wakil presiden program AS dari Komisi Penyelamat Internasional.

‘’Di saat dunia menghadapi konflik brutal seperti di Suriah dan aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya, maka perikemanusiaan dunia tengah diuji. Juga moral para pemimpin, dan kemampuan untuk menengok kembali pengalaman pahit di masa silam,’’ lanjutnya.

Tidak jelas, 11 negara Muslim mana saja yang dimaksudkan. Maklum di akhir tahun 2016, AS melakukan saringan ketat bagi para pendatang dari berbagai negara. Yakni dari Mesir, Iran, Irak, Libya, Mali, Korea Utara, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, Suriah dan Yaman, juga warga Palestina yang bermukim di negara-negara tersebut.

.

Recent Posts

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

1 week ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

1 week ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

2 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

3 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

3 weeks ago

Indonesia Bagian dari Kongres CSW 68-Side Event di UN, NY, Membahas tentang Kemiskinan dan Pemberdayaan Perempuan

CSW 68 adalah salah satu kegiatan tahunan dari United Nations Commision on the Status of…

3 weeks ago