Samantha Editsho, Bocah Bandung Jadi Juara Dunia Catur Klasik G10

Pecatur cilik Indonesia, Samantha Edithso tampil mengesankan pada Kejuaraan Dunia Catur Klasik G10 (kelompok usia 10 tahun) di Santiago de Compostela, Spanyol, 3-15 November 2018.  Di event tersebut, Samantha sukses menjadi juara.  Prestasi ini merupakan torehan terbaik keduanya di tahun ini. Pada akhir Juni 2018, Samantha juga memenangi Kejuaraan Dunia Catur Cepat G10 di Belarusia.

 

Ketua Bidang Pembinaan PB Percasi yang merangkap sebagai manajer, Kristrianus Liem mengatakan, kepastian Samantha meraih gelar juara dunia setelah dia menumbangkan andalan Rusia, Alexandra Shvedova. “Skenerio yang saya bilang kemarin ternyata menjadi kenyataan. Kalau Samantha berhasil mengalahkan Alexandra, sementara dua pecatur China, Zhou Yafei vs Chen Yining berakhir remis, maka Samantha posisinya aman sebagai juara dunia,” kata Kris, Jumat (16/11) kepada Suara Merdeka. 

Berkat kemenangan terakhirnya itu, Samantha berada di posisi pertama dengan 9 poin, disusul Alexandra Shvedova (8,5 poin), dan Chen Yining juga dengan 8,5 poin. Dari 11 babak yang dimainkan, Samantha meraih sembilan kemenangan dan dua kekalahan. Di kelas Girls 10 ini, pecatur yang ikut ambil bagian sebanyak 119 orang. “Meskipun berhasil meraih juara dunia, namuan elorating Samantha justru turun 17,2 poin, karena dia sempat kalah dua kali. Kini elo rating Samantha 1879,” terang Kris.

Ketua Umum PB Percasi GM Utut Adianto mengaku gembira dengan keberhasilan Samantha yang berjaya di Spanyol. “Saya cinta olahraga ini. Kalau ada yang berhasil ya senang,” ujar Utut menambahkan.

Tantangan yang harus dihadapi Samantha, lanjut Utut, yaitu harus mengejar gelar Grand Master (GM) dalam waktu tak lama. Gelar itu perlu diburu karena kalau mengikuti turnamen di luar negeri akan mendapatkan uang. Menurut dia, uang penting karena kalau hanya mengandalkan bantuan pemerintah tidak cukup. “Ini untuk kepentingan diri sendiri. Tinggal ke depan nanti bagaimana,” ungkap Utut.

Dia menjelaskan, ke depan Samantha butuh pelatih andal, kemudian harus sering ikut turnamen dan perlu home schooling. Untuk pelatih, pihaknya menyerahkan kepada keluarga untuk mendiskusikannya karena Samantha masih kecil, sehingga butuh pelatih yang bisa memberi kenyamanan.

Mengenai kandidat pelatih, Percasi memiliki dua nama yang akan ditawarkan kepada Samantha. Kedua orang itu berasal dari Rusia dan Belarusia. “Mereka punya kemampuan dan akan mengajari anak kecil,” imbuhnya menutup pembicaraan. Suara Merdeka.com

.

Recent Posts

Sonia Raman, Pelatih WNBA Pertama Berdarah India

Sonia Raman mencatat sejarah baru sebagai pelatih kepala pertama keturunan India di liga bola basket…

6 days ago

Wali Kota Baru New York: Zohran Mamdani

Politisi progresif Zohran Mamdani mencetak sejarah sebagai Wali Kota New York pertama yang berdarah Asia…

1 week ago

Tiga Penangkapan ICE Guncang Komunitas Indonesia di Philadelphia

Tiga kasus penangkapan yang dilakukan oleh lembaga imigrasi Amerika Serikat (ICE) dalam beberapa bulan terakhir…

2 weeks ago

Dialog Pemerintah RI dengan WNI dan Diaspora di Philadelphia

Masyarakat Indonesia di Philadelphia menghadiri pertemuan bersama pejabat pemerintah Republik Indonesia yang digelar di PAX…

3 weeks ago

Imam Prasodjo dan Ikhtiar Menjaga DAS Serayu

Di tengah kabut Telaga Dringo, Dieng, Imam Budidarmawan Prasodjo (65) tampak bersemangat menanam pohon bersama…

1 month ago

Riyan Pondaga Persembahkan Konser Bersama Modero & Company

Modero & Company mempersembahkan Wonderworks, seri acara komunitas perdana yang dibuka dengan konser intim bertajuk…

1 month ago