Categories: AchievementEconomy

Eksportir Sapu Glagah Purbalingga Sedot Tenaga Kerja dan Prospek Cerah

26 tahun yang lalu, Bambang Triono hanyalah seorang asisten rumah tangga di Bandung, Jawa Barat. Dunianya tak jauh-jauh dari sapu dan lap pel. Namun semangat belajar mengubah bocah asal Desa Karang Gambas, Kecamatan Purbalingga, Jawa Tengah ini menjadi eksportir sapu glagah beromzet ratusan juta rupiah. Istimewanya dari bisnis sapu ini, ia semakin moncer di tengah terpaan resesi akibat pandemi COVID-19.

Siap-siap diekspor ke luar negeri.

Bambang mendapat kontrak untuk memasok pembeli dari Korea Selatan selama setahun. Per bulan kebutuhan ekspor mencapai 27 ribu buah sapu senilai USD 50 ribu. Oleh buyer di Korea, sapu buatannya diekspor lagi ke berbagai negara lain. “Di Korea saja kami baru mampu memenuhi 20 persen permintaan pasar, artinya pasar luar negeri sebenarnya sangat besar,” ucap dia.

Setiap tanggal 22, produknya dibawa kontainer untuk dikirim. Ia memiliki dua gudang untuk menyimpan barang yang telah dikemas, dan kini tengah membangun gudang ketiga.

Dengan kebutuhan sebesar itu, sehari ia harus mampu memproduksi 3 ribu sapu. Namun dengan pekerja sebanyak 60 orang, kapasitas produksi saat ini masih 1500 buah sapu sehari. Untuk mencapai target produksi, ia meminta karyawannya bekerja lembur. Ia juga sedang merekrut pekerja untuk mendongkrak kapasitas produksi.

Bambang Triyono (koleksi pribadi)

Sapu glagah adalah sapu yang bahan dasarnya bunga rumput glagah. Rumput glagah banyak tumbuh di dataran tinggi. Uniknya, rumput ini tak ditemukan di dataran tinggi lain selain di Purbalingga.

Proses pembuatan Sapu Glagah (Afghan AJI)

Jikapun ada, kualitasnya tidak sebagus yang tumbuh Purbalingga. Di Purbalingga, rumput ini tumbuh di Kecamatan Karangjambu dan Karangreja. Glagah di dua daerah itu dikenal lurus dan halus.

“Setiap hari kami menerima tenaga kerja, kami latih dan langsung bisa kerja,” kata Bambang. Untung Sawijan, misalnya, seorang pekerja di pabrik sapu milik Bambang mengatakan, ia bekerja dari pukul 07.00 WIB hingga 15.30 WIB. Jika harus mengejar target produksi, ia dan pekerja lain kerja lembur dari pukul 19.00 WIB hingga 22.00 WIB. “Sore pulang dulu. Setelah maghrib balik lagi untuk lembur,” kata dia.

Suasana bagian produksi Sapu Glagah.

Salah satu karyawan ini bisa menyelesaikan 70 pekerjaan. Jika kerja lembur, Untung bisa menyelesaikan pekerjaan menyusun serat gelagah untuk 100 sapu. Tiap sapu ia dibayar Rp 1.800. Dengan demikian, pendapatan sehari plus lembur sebesar Rp 180 ribu. “Alhamdulillah, sangat membantu keuangan keluarga,” kata bapak dua anak ini.

Keuntungan sebesar itu, dan mampu membangun pabrik tak pernah dibayangkan Bambang. Maklum, awalnya dia bekerja sebagai asisten rumah tangga. Karena jenuh, ia pindah menjadi office boy di perusahaan konveksi pembuat tas, sambil mendisain tas.

Produk Sapu Glagah diekspor ke Korsel.

Setelah tempatnya bekerja bangkrut, Bambang bertekad pulang kampung dan memproduksi sapu glagah di kampungnya. Awalnya mengajak tiga anggota keluarganya, dan lama-lama berkembang pesat. Lebih-lebih produk sapunya diekspor menggantikan produk China dan Vietnam yang terdampak COVID-19.

Kini Bambang harus memenuhi permintaan 27 ribu sapu senilai $ 50 ribu per bulan. Sedangkan kemampuannya baru1.500 sapu sehari. Sebuah perjuangan panjang dan akan menguntungkan. (Afghan/DP).

.

View Comments

  • I've been browsing on-line greater than three hours nowadays, but I by no means discovered any attention-grabbing article like yours.
    It's pretty value sufficient for me. In my
    opinion, if all website owners and bloggers made excellent content as you probably did, the web might be much
    more useful than ever before.

  • whoah this weblog is excellent i really like studying your
    posts. Keep up the great work! You recognize, lots
    of persons are searching round for this information, you could aid them greatly.

  • It's hard to come by knowledgeable people
    in this particular subject, but you seem like you know what you're talking about!
    Thanks

  • These are in fact impressive ideas in concerning blogging.
    You have touched some fastidious factors here. Any way keep up wrinting.

Recent Posts

Di Balik Kisah Gaza: Ratusan Mahasiswa Ditangkap, Apa Kata Koalisi HAM?

Aksi Israel di Gaza membuat banyak mahasiswa di hampir seluruh penjuru dunia bangkit dan protes.…

10 hours ago

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

2 weeks ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

2 weeks ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

3 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

3 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

3 weeks ago