Keping Cinta dalam Belenggu Adat

Oleh: Rita Achdris

Siri’
Penulis: Asmayani Kusrini
Penerbit: Mekar Cipta Lestari
Isi: 351 + viii hal
Terbit: September 2020

Jika cinta harus bergulat dengan adat, siapa pemenangnya? Siri’ adalah potret buram sebuah keluarga yang terjebak dalam belenggu tradisi. Novel debut Asmayani Kusrini ini berkisah tentang misteri di balik kematian seorang pengusaha dan kandidat Wakil Presiden, Bahjan Komarudin. Kematian itu lantas menguak cinta segitiga, sejarah kelam tiga generasi, hingga perseteruan politik. 

Asmayani Kusrini —biasa disapa Rini— memang nama baru dalam ranah sastra Indonesia. Toh, itu bukan alasan untuk meremehkan Siri’. Sebagai novelis, Rini mungkin bisa dibilang pemula. Namun, ia ibarat seorang pilot yang andal. Ia menyihir penumpangnya untuk larut pada pilihan jalan yang ia tempuh. Ikuti saja. Begitu pesan sastrawan Seno Gumira Ajidarma pada awal halaman novel ini.

Siri’ tak banyak berbasa-basi. Ceritanya dibuka dengan adegan yang menghentak. Dan aku terpaksa datang dengan tergesa. Begitu bunyi kalimat pertamanya. Ketergesaan itu bisa dirasakan dari narasi dengan kalimat-kalimat singkat; dari gema ketukan hak sepatu yang bernyanyi dalam imajinasi. Kalimat yang mengundang pembaca kepada kisah tokoh-tokoh anonim. 

Ada banyak karakter yang diceritakan dalam bab pembuka. Namun, semua tanpa nama. Hanya ada aku, kami, dia, dan dia. Siapa mereka? Apa yang terjadi?

Sampai di sini, kita sudah bertemu dengan kelebihan Siri’: cara bercerita yang unik. Siri’ tidak seperti lazimnya novel yang memanfaatkan bagian awal untuk memperkenalkan setting cerita dan tokoh-tokohnya. 

Kelak, tokoh-tokoh itu mendapat giliran bercerita sendiri-sendiri. Namun, mereka tak selalu memperkenalkan diri. Mulanya, setiap kali membuka bab baru, pembaca akan bertanya-tanya siapa yang sedang bercerita, kapan, di mana? Tak ubahnya seperti Alice yang terjatuh ke dalam lubang kelinci dalam Petualangan Alice di Negeri Ajaib-nya Lewis Carroll.

Namun tak perlu khawatir, pembaca tidak akan tersesat di tengah belantara para tokoh. Sebab, Siri’ menyajikan pola bercerita yang cukup konsisten. Di dalam novel ini tokoh-tokoh diperkenalkan layaknya tongkat estafet dari bab ke bab. Kira-kira, polanya begini: A-B-B-C-C-D-D-E dan seterusnya. 

Cara Siri’ menunjukkan dimensi ruang dan waktu juga cukup unik. Katakanlah sebuah bab sedang bercerita dari sudut pandang tokoh Arimbi. Namun, di dalam bab itu Arimbi tidak berada dalam satu dimensi ruang dan waktu. Bisa jadi, dari satu paragraf ke paragraf yang lain ia sedang bolak-balik melintasi masa. Setiap adegan seperti sebuah keping mosaik. Ada peristiwa dalam peristiwa. Adegan-adegan paralel kaleodoskopis semacam itu —yang acap kali saling menegasikan— berserak hampir di seluruh bab novel ini. Lintasan-lintasan kenangan kolektif itulah yang justru menjadi perekat antarkatakter dalam novel ini.

Asmayani Kusrini

Sebelum menjadi novelis, Rini adalah seorang jurnalis. Ia melakukan riset dan wawancara untuk menjaga “akurasi” novel ini. Meski begitu, ia berhasil keluar dari cengkraman pakem wartawan yang ketat dengan rumus 5 W+1 H (What, Who, Where, When, Why dan How). Di dalam Siri’, ia tidak tergoda untuk menjelaskan detail peristiwa: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Ia biarkan sebagian menjadi misteri.

Dengan latar belakang pendidikan master arsitektur lulusan Belgia, Rini juga tidak berpretensi sok pintar. Ia, misalnya, tidak berpanjang lebar mengulas soal bangunan yang menjadi setting Siri’ yang tersebar mulai dari kota fiktif Buttabella hingga ujung dunia. Pengalaman dan kekayaan wawasannya itu menyatu dengan imajinasi yang ditebar secara proporsional di dalam novel ini.

Siri’ diselesaikan Rini selama hampir enam tahun. Naskah yang kemudian diterbitkan Mekar Cipta Lestari ini, menurut Rini, mengalami bongkar pasang hampir 200 kali! Ia tak pernah merencanakan Siri’ akan membentuk struktur seperti mosaik. Ia melakukannya di tengah jalan atas tuntutan cerita. 

Rini mulai menulis Siri’ pada 2014. Ia terinspirasi oleh cerpen Ruang Keluarga karya Lily Yulianti Farid. Ruang Keluarga juga berkisah tentang keluarga disfungsional; tentang ruang tengah yang hanya menjadi simbol dari sebuah rumah megah yang penghuninya tidak saling mengenal. 

Selain Ruang Keluarga, Rini juga menjadikan novel Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma sebagai referensi. Namun, dari segi bentuk, yang paling banyak memengaruhi Siri’ adalah novel-novel karya António Lobo Antunes. Secara khusus, ia menyebut judul The Inquisitor’s Manual dan An Explanation of The Birds. 

Rita Achdris

Antunes adalah novelis Portugis. Ia juga dosen dan psikiater. Karya-karyanya banyak mendapat penghargaan di Eropa. Sayang, belum ada novelnya yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Jeff Love, penerjemah novel Until Stones Become Lighter than Water, dalam pengantarnya menyebut, keunikan gaya Antunes ini telah menarik banyak imitator, baik dalam bahasa Portugis maupun dalam bahasa lain. Rini sendiri berterus terang, ia sempat menyontek gaya Antunes habis-habisan. “Tapi editorku langsung protes,” katanya. 

Kit de Waal, penulis Inggris, pernah memberi nasihat untuk penulis pemula. Dia bilang, “Tirulah penulis lain ketika kamu belajar, bongkarlah buku mereka dan pelajarilah. Lalu keluarlah dan jadilah dirimu sendiri.” Bisa jadi, nasihat itu telah lama ditempuh Rini, dan Siri’ adalah buktinya. (Rita Achdris)

.

View Comments

  • First off I want to say great blog! I had a quick question which I'd
    like to ask if you do not mind. I was interested to find out how you center yourself and clear your thoughts prior to writing.
    I've had a hard time clearing my mind in getting my thoughts out there.
    I do enjoy writing but it just seems like the first 10 to 15 minutes are generally wasted simply just
    trying to figure out how to begin. Any recommendations or tips?
    Cheers!

  • I just like the valuable information you supply on your articles.
    I will bookmark your blog and take a look at once more right here frequently.

    I'm somewhat certain I will learn a lot of new stuff proper here!
    Best of luck for the next!

  • Highly descriptive article, I liked that bit. Will there be a part 2?

Recent Posts

Di Balik Kisah Gaza: Ratusan Mahasiswa Ditangkap, Apa Kata Koalisi HAM?

Aksi Israel di Gaza membuat banyak mahasiswa di hampir seluruh penjuru dunia bangkit dan protes.…

2 days ago

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

2 weeks ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

2 weeks ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

3 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

3 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

4 weeks ago