Saat-saat Pembredelan TEMPO Bersama Toriq Hadad

Toriq Hadad berpulang pukul 5.30 WIB, Jumat 7 Mei 2021. Sejak sepuluh hari lalu, Presiden Direktur PT TEMPO Inti Media Tbk itu dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta karena kelainan jantung. ”Saya tidak bisa ketemu Di, aku baru saja mendapat suntikan vaksin dan gak enak badan,” kata Toriq Hadad saat saya telepon pekan lalu lalu.

Sejak menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi tubuhnya memang menurun drastis sehingga harus menginap di ruang gawat darurat. Dan Sang Khalik mengangkat penyakitnya dan memanggilnya ke tempat yang layak. Inna Lillahi wa inna ilayhi raji’un Toriq, sahabatku.

Kenangan paling membekas di dadaku, saat TEMPO dibredel pada 24 Juni 1994. Saat itu, kami bersama tiga wakil TEMPO lainnya, hendak menenui Harmoko, Menteri Penerangan waktu itu untuk menyampaikan protes pemberangusan majalah TEMPO.

Kami yang mengenakan pakaian serba hitam, awalnya duduk di Lapangan Monas, Jakarta. Suasana mulai memanas dan slogan-slogan anti pemerintah sudah diteriakkan para demonstran. Tuntutan bertemu Harmoko tak dipenuhi. Akhirnya saya dan Toriq serta Ahmed Kurnia, Yopie Hidayat dan Wahyu Muryadi dipilih untuk mewakili TEMPO. Ada pula wakil dari Majalah Detik. Sejumlah nama kondang seperti Adnan Buyung Nasution, Sri Bintang Pamungkas, HJ Princen sudah hadir di lapangan dengan maksud yang sama.

Tak ada kabar dari Departemen Penerangan, sehingga kami pun merangsek masuk ke halaman Deppen. Toriq Hadad masuk lebih dahulu, saya ikuti dia bersama teman-teman lainnya. Di atas gedung Deppen para karyawan di masing-masing lantai sambil bertepuk tangan.

Kami akhirnya diterima Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, H. Subrata. Mantan pegawai TVRI berambut klimis itu senyum sambil menjabat kami dan duduk di ujung meja. Baju safarinya licin. Subrata menyapa dengan teguran ”Apa kabar?”. Toriq yang sudah tak sabar itu langsung angkat bicara dengan nada tegas.

”Pak Subrata, anda bisa tidur nyenyak nanti malam. Tapi kami tidak. Kami harus memikirkan apa yang akan dimakan hari-hari besok. Bagaimana anak-anak kami sekolah dan berbagai keperluan lain,” kata Toriq tegas. ”Karena itu, kabar kami tidak sebaik anda,” katanya. Subrata hanya tersenyum dan menuturkan bahwa Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), terpaksa dicabut karena dinilai mengadu domba dengan memberitakan ”Pembelian 39 Kapal Perang Jerman Timur, berjudul ”Habibie dan Kapal Itu”.

Kini, ”Wartawan Pemberani” itu telah tiada. Banyak kemajuan yang diraih TEMPO Grup selama Toriq menjadi Direktur PT TEMPO Inti Media. Di antaranya media massa Indonesia itu Go Publik. Ketegasannya dalam memimpin TEMPO menjadikan Toriq, lulusan Institut Pertanian Bogor itu disegani anak buahnya. Sekitar 20 tahun saya tak berjumpa lagi, dan baru bulan Februari lalu bertemu sahabatku saat mengundangnya menjadi pembicara dalam acara Sejarah Perjalanan TEMPO, yang digelar majalah Indonesianlantern.com. Selamat jalan Riq. (DP)

.

Recent Posts

Pemerintah RI: Golden Visa Hasilkan Rp 48 Triliun Investasi Asing

Indonesia telah menarik investasi sebesar Rp 48 triliun (sekitar US$2,86 miliar) melalui program Golden Visa,…

2 days ago

Memory of Indonesia: Lawan Alzheimer Lewat Budaya dan Musik

Ratusan diaspora Indonesia lintas organisasi dan generasi berkumpul dalam acara tahunan Memory of Indonesia, Sabtu…

3 weeks ago

Perkelahian Berujung Maut, WNI Ditangkap di Bald Knob

Seorang pria Indonesia bernama Muhamad Cakra (44) ditangkap polisi setelah menikam seorang warga negara Indonesia…

4 weeks ago

Skandal Seks Belasan Biksu Mengguncang Thailand

Sebuah kasus skandal seks yang melibatkan belasan Biksu Budha di Thailand, terbongkar Kamis lalu. Para…

3 months ago

Dari Kampus Amerika ke Panggung Indonesia

Pulang dengan Bekal Dunia, Membentuk Wajah Baru IndonesiaOleh: Burhan Abe Ketika Nadiem Makarim menjejakkan kaki…

3 months ago

“Spotlight of Indonesia” Memukau Penonton di Museum Sandy Spring, Maryland

Sandy Spring, Maryland, AS — Riuh tepuk tangan dan decak kagum menggema di Museum Sandy…

3 months ago