Jumlah Imigran Asia Miskin Meningkat 15% Dalam Satu Dekade Terakhir

Angka kemiskinan di antara warga Asia di AS, meningkat hingga 15 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Hal itu diungkap sebuah penelitian yang digelar NBC News akhir tahun lalu.

Di sejumlah negara bagian seperti Connecticut, New Jersey, Pennsylvania menunjukkan, angka kemiskinan naik dari semula 252 jiwa menjadi hampir 290 ribu jiwa. Bahkan di Hudson Valley, kawasan konsentrasi warga miskin Asia, malah meningkat hingga 86 persen.

‘’Angka kemiskinan Asia di pusat New York masih terus berlangsung,’’ tutur Howard Singh, direktur riset dan kebijaksanaan badan non-profit Federasi Asia Amerika. ‘’Kami punya banyak organisasi dan badan yang memberikan pelayanan sosial dan akses untuk mendapatkan pekerjaan,’’ ujar Howard Singh.

Menurutnya, kaum imigran baru yang umumnya berpendapatan rendah semakin berjejal di kota-kota besar. ‘’Sedangkan imigran lama yang meningkat pendapatannya, mulai bergerak ke pinggiran kota untuk mendapatkan kondisi tempat tinggal yang lebih layak,’’ kata Howard Singh. Mereka mencari pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. ‘’Tapi, sebaliknya, banyak orang kaya Asia yang pindah ke New York,’’ katanya menambahkan.

‘’Tahu nggak kenapa mereka malah pindah ke New York? Karena di kota-kota besar mudah mendapatkan penerjemah 12 bahasa asing, ketimbang di pinggiran. Tidak ada di sana,’’ tambah Howard Singh kepada stasiun televisi ABC News. Jadi, tujuan dari penelitian itu, adalah ‘’Mengimbau kepada para pimpinan di kawasan pinggiran agar meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk menampung kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya,’’ tutur Singh.

Penelitian itu juga merinci imigran dari negara mana saja yang lebih miskin. Mongolia, Burma, Bangladesh dan Kamboja adalah para imigran atau etnis yang memiliki angka kemiskinan di peringkat paling tinggi. Sejumlah industri dan lapangan kerja yang banyak diminati imigran Asia meliputi restoran dan pelayanan makanan, taksi dan pelayanan taksi mewah limousine, perawatan kuku, salon dan perawatan badan lainnya.

Kaum wanita dari imigran miskin, tidak banyak ditampung badan-badan sosial dibandingkan imigran pria. Penyebabnya, karena berbagai hal, seperti tidak tersedia pelayanan anak-anak balita yang cukup murah, dan juga ketidakmampuan berbahasa Inggris atau tidak memiliki keahlian tertentu yang dibutuhkan bidang tertentu. 

Sementara itu, para imigran berusia tua merupakan kaum yang cukup lemah posisinya. Kemiskinan di kalangan lanjut usia meningkat 67 persen dari 30 ribu jiwa pada 2010 menjadi 50 ribu pada tahun 2019. ‘’Hal itu didorong oleh meningkatnya jumlah imigran yang dulu masuk ke AS akibat reformasi imigrasi 1965 kini berusia lanjut,’’ jelas Howard Singh. (DP)

 

.

View Comments

  • Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.

Recent Posts

Memory of Indonesia: Lawan Alzheimer Lewat Budaya dan Musik

Ratusan diaspora Indonesia lintas organisasi dan generasi berkumpul dalam acara tahunan Memory of Indonesia, Sabtu…

11 hours ago

Perkelahian Berujung Maut, WNI Ditangkap di Bald Knob

Seorang pria Indonesia bernama Muhamad Cakra (44) ditangkap polisi setelah menikam seorang warga negara Indonesia…

1 week ago

Skandal Seks Belasan Biksu Mengguncang Thailand

Sebuah kasus skandal seks yang melibatkan belasan Biksu Budha di Thailand, terbongkar Kamis lalu. Para…

2 months ago

Dari Kampus Amerika ke Panggung Indonesia

Pulang dengan Bekal Dunia, Membentuk Wajah Baru IndonesiaOleh: Burhan Abe Ketika Nadiem Makarim menjejakkan kaki…

2 months ago

“Spotlight of Indonesia” Memukau Penonton di Museum Sandy Spring, Maryland

Sandy Spring, Maryland, AS — Riuh tepuk tangan dan decak kagum menggema di Museum Sandy…

2 months ago

Presiden Trump Terapkan Tarif 19 Persen Bagi Produk Indonesia ke AS

Barang-barang impor dari Indonesia ke AS akan dikenai pajak 19 persen, sedangkan produk AS tidak…

2 months ago