Tiga Skenario AS Gulingkan Kim Jong-un

Dewan Keamanan Nasional AS memberikan dua pilihan kepada Presiden Trump untuk menanggapi program percobaan nuklir Korea Utara. NBC New mengabarkan Jumat (7/4/2017) dua pilihan itu adalah: Menempatkan persenjataan nuklir di Korea Selatan; atau Menghabisi Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Dan ketiga melakukan operasi sabotase ke Korea Utara. Menurut beberapa perwira intelijen senior AS, tiga pilihan itu dipersiapkan sebelum Presiden Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pekan ini.

 

Menempatkan kembali senjata nuklirdi Korea Selatan, merupakan langkah pertama penempatan nuklir AS di luar negeri. Lokasi yang dipilih adalah pangkalan udara Osan, tak jauh dari Seoul, dan bakal menjadi alat provokasi bagi Korut. ‘’Kami sudah melakukan diplomasi dan sanksi selama 20 tahun, tapi Korut tetap saja melakukan percobaan nuklirnya,’’ kata seorang perwira senior AS. Pilihan kedua yang diambil Washington, adalah membunuh Pemimpin Korut Kim Jong-un dan sejumlah pemimpin Korut yang memegang posisi kunci persenjataan nuklir. Namun skenario ini mengandung konsekuensi tinggi. ‘’Penggantian kekuasaan di Korut dan upaya pembunuhan, akan membuat China naik pitam dan mereka cenderung bergerak ke arah berlawanan dengan AS,’’ tutur Mark Lippert, bekas Dubes AS di Korsel yang pernah menjadi asisten menteri pertahanan jaman Presiden Obama.

Pilihan ketiga, adalah melakukan operasi infiltrasi ke Korut yang dilakukan tim pasukan khusus gabungan AS dan Korsel. Tugas tim ini adalah menghancurkan sejumlah infrastruktur – meledakkan jembatan dan jalur darat lain – untuk menghambat mobilisasi senjata nuklir dan rudal. Meski Badan Intelijen CIA mengaku belum punya petunjuk tentang operasi ini, namun Geogrge Stavridis, bekas komandan NATO, yakin bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan AS adalah melakukan aksi militer. ‘’Perpaduan antara pasukan khusus Korsel dan pasukan cyber AS,’’ katanya. Apalagi, tahun lalu Korea Selatan telah membentuk unit operasi khusus bernama Spartan 3000 yang beroperasi di belakang garis perbatasan di dalam wilayah Korea Utara.

.

Recent Posts

Sonia Raman, Pelatih WNBA Pertama Berdarah India

Sonia Raman mencatat sejarah baru sebagai pelatih kepala pertama keturunan India di liga bola basket…

2 weeks ago

Wali Kota Baru New York: Zohran Mamdani

Politisi progresif Zohran Mamdani mencetak sejarah sebagai Wali Kota New York pertama yang berdarah Asia…

2 weeks ago

Tiga Penangkapan ICE Guncang Komunitas Indonesia di Philadelphia

Tiga kasus penangkapan yang dilakukan oleh lembaga imigrasi Amerika Serikat (ICE) dalam beberapa bulan terakhir…

4 weeks ago

Dialog Pemerintah RI dengan WNI dan Diaspora di Philadelphia

Masyarakat Indonesia di Philadelphia menghadiri pertemuan bersama pejabat pemerintah Republik Indonesia yang digelar di PAX…

1 month ago

Imam Prasodjo dan Ikhtiar Menjaga DAS Serayu

Di tengah kabut Telaga Dringo, Dieng, Imam Budidarmawan Prasodjo (65) tampak bersemangat menanam pohon bersama…

1 month ago

Riyan Pondaga Persembahkan Konser Bersama Modero & Company

Modero & Company mempersembahkan Wonderworks, seri acara komunitas perdana yang dibuka dengan konser intim bertajuk…

2 months ago