Categories: Uncategorized

Kriminalitas dan Ujaran Kebencian Makin Meningkat di Inggris

Aksi kriminal penuh kebencian di Inggris makin meningkat jumlahnya, setelah berbagai peristiwa aksi kekerasan dan upaya Inggris melepaskan diri dari Uni Eropa.

The New York Times mengabarkan Selasa (17/10/20170, kementerian dalam negeri Inggris mencatat 80.393 aksi kriminal terjadi sejak setahun lalu hingga bulan Maret 2017. ‘’Artinya naik 30 persen dan kenaikan terbesar dibandingkan dari tahun ke tahun selama lima tahun belakangan,’’ tutur Paul Iganski. ‘’Naiknya cukup signifikan di luar prakiraan,’’ sambung ahli kriminal kebencian dan profesor kriminologi di Lancaster University.

Angka itu diumumkan bersamaan dengan peringatan resmi yang dikeluarkan MI5. Badan Intelijen Domestik Inggris itu, memperingatkan bahwa Inggris Raya tengah menghadapi ancaman teror yang cukup mengkhawatirkan. Begitu besar ancaman itu, sehingga sulit dideteksi dan di peringkat yang tidak pernah dibayangkan.

Kampanye Brexit – kampanye agar Inggris memisahkan diri dari Uni Eropa – tahun lalu, menjadi penyulut semakin maraknya kelompok sayap kanan dan nasionalis. Tingginya suara yang mendukung Brexit menyebabkan posisi kaum imigran dan minoritas makin lemah sehingga menjadi sasaran aksi kebencian. Kelompok nasionalis sayap kanan itu, termasuk para anggota yang terlibat pembunuhan Stephen Lawrence. Pelajar berkulit hitam berusia 18 tahun itu, ditancap pisau hingga tewas di kala menunggu bis di London Tenggara, tahun 1993.

Sebanyak 80 persen aksi kriminal kental dipengaruhi oleh rasialisme atau warna kulit. 10 persen berdasar orientasi seksual, dan 7 persen berdasar agama. Tujuh persen lain berdasar pada kondisi cacat tubuh para korban, dan 2 persen berdasarkan transgender.

Menteri Dalam Negeri Inggris, Amber Rudd menegaskan ‘’Aksi kriminal penuh kebencian tidak ada tempatnya di Inggris,’’ katanya. Karena itu Amber menyambut baik harian dan media massa yang memberitakan aksi kriminal jenis ini, dan meminta para korban lebih percaya diri dan pihak otoritas diminta menangani lebih serius.

Aksi kriminal dengan kebencian sempat menurun beberapa hari setelah serangan di luar gedung parlemen, London Maret lalu. Juga serangan Manchaster, April. Tapi angkanya melonjak kembali setelah serangan di Jembatan London dan Borough Market awal Juni lalu. Dan terakhir, setelah serangan di kawasan Finsbury, London akhir bulan Juni. ‘’Saya perkirakan angkanya akan tetap meningkat, seiring dengan dekatnya tenggat waktu Inggris keluar dari Uni Eropa,’’ tutur Profesor Paul Iganski.

.

Recent Posts

Sonia Raman, Pelatih WNBA Pertama Berdarah India

Sonia Raman mencatat sejarah baru sebagai pelatih kepala pertama keturunan India di liga bola basket…

2 weeks ago

Wali Kota Baru New York: Zohran Mamdani

Politisi progresif Zohran Mamdani mencetak sejarah sebagai Wali Kota New York pertama yang berdarah Asia…

2 weeks ago

Tiga Penangkapan ICE Guncang Komunitas Indonesia di Philadelphia

Tiga kasus penangkapan yang dilakukan oleh lembaga imigrasi Amerika Serikat (ICE) dalam beberapa bulan terakhir…

3 weeks ago

Dialog Pemerintah RI dengan WNI dan Diaspora di Philadelphia

Masyarakat Indonesia di Philadelphia menghadiri pertemuan bersama pejabat pemerintah Republik Indonesia yang digelar di PAX…

1 month ago

Imam Prasodjo dan Ikhtiar Menjaga DAS Serayu

Di tengah kabut Telaga Dringo, Dieng, Imam Budidarmawan Prasodjo (65) tampak bersemangat menanam pohon bersama…

1 month ago

Riyan Pondaga Persembahkan Konser Bersama Modero & Company

Modero & Company mempersembahkan Wonderworks, seri acara komunitas perdana yang dibuka dengan konser intim bertajuk…

1 month ago