Categories: DiasporaEconomy

Polisi Oklahoma Tembak Mati Pacar Putrinya

Shannon Keppler, bekas polisi Oklahoma divonis 15 tahun Senin (20/11/2017), karena menembak mati remaja kulit hitam, yang ketahuan berpacaran dengan putrinya. New York Post mengabarkan, kasus yang tertunda empat kali tersebut, akhirnya bisa berakhir.

Dalam keputusannya, Hakim Sharon Holmes mengganjar Shanon Keppler dengan denda $ 10 ribu, selain hukuman penjara 15 tahun. Pengacara Shannon Keppler mencoba membela kliennya dengan menyebutkan, Shannon Keppler menjadi korban ‘Kambing Hitam’. Sementara, proses pengadilan disebutnya sarat dengan isu rasialisme. ‘’Tidak seorang pun yang diadili sampai empat kali,’’ kata Richard O’Carroll sang pengacara.

Kasus ini terjadi pada tahun 2014. Lisa Keppler, putri Shannon yang berusia 18 tahun kala itu, berpacaran dengan Jeremy Lake, seorang pemuda kulit hitam teman sekolahnya. Karena didesak agar memutuskan hubungan dengan pacaranya, Lisa Keppler pun keluar dari rumah orang tuanya, dan hidup bersama dengan Jeremy Lake.

Hanya sepekan kemudian, Shannon Keppler bersama istrinya Gina Keppler mendatangi rumah pasangan muda itu, dan terjadilah cekcok mulut antara pasangan muda dengan kedua orang tuanya. Karena kalap dan naik pitam, Shannon Keppler mencabut pistolnya dan menembak mati Jeremy Lake yang langsung tewas di tempat kejadian. Shannon juga berusaha menembak putrinya Lisa yang melarikan diri pula, namun selamat.

Dalam pembelannya, Shannon Keppler, polisi yang bertugas selama 24 tahun di Tusla, Oklahoma, mengaku bahwa ia terpaksa menembak korban karena membawa senjata api. Namun dalam pemeriksaan di lapangan, pembelaan itu tak terbukti, sehingga Shannon Keppler pun ditahan setelah dibebas tugaskan dari satuannya. Sedangkan Gina Keppler juga ikut ditahan karena dituduh ikut memanaskan suasana adu mulut siang itu.

‘’Saya tidak tahu kenapa mereka tega membunuh Lake,’’ kata Lisa Keppler dalam wawancaranya sambil menangis. ‘’Padahal mereka belum kenal siapa Lake,’’ lanjutnya. ‘’Semoga mereka berkarat di penjara,’’ sambung Lisa mengutuk kedua orang tuanya. Sementara itu, Carl Morse, ayah angkat korban, mengaku saat bangun pagi, ia ingin membetot kepala Sharon Keppler pembunuh ayahnya. Tapi, ia menyadari bahwa hal itu tidak dapat menghidupkan kembali putranya.

‘’Selama tiga tahun pertama, ia harus bertahan untuk hidup karena dia lahir prematur,’’ kata Carl Morse. ‘’Dan kini ia mati, sambungnya. Carl Morse menghampiri Shannon Keppler yang diborgol di pengadilan. ‘’Apa yang kamu lakukan adalah salah. Dan kini, sebagai konsekuensinya, kamu harus membayar tindakanmu,’’ kata Carl Morse.

.

Recent Posts

Satay Bistro, Kuliner Indonesia di Philadelphia, Amerika

Satay Bistro, salah satu kuliner Indonesia yang berlokasi di 1240 Spring Garden, Philadelphia, Amerika,  menyajikan…

2 weeks ago

Lebaran di Philadelphia, Amerika 2024 ( Ied Al-Fitr in Philadelphia)

Pada tanggal 10 April 2024, masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Philadelphia dan sekitarnya melaksanakan…

2 weeks ago

Wawancara dengan Tantri Dyah Kiranadewi : Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KOWANI

  KOWANI adalah salah satu lembaga wanita terbesar di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan di…

3 weeks ago

Philadelphia City Hall Event : Interfaith Iftar, One Philly, One Stronger Together

During this event, religious and city leaders gathered at Philadelphia's City Hall to participate in…

3 weeks ago

Film Review of Eksil (2022): the stories of the Indonesian exiles

  Di sana tempat lahir beta                  …

3 weeks ago

Indonesia Bagian dari Kongres CSW 68-Side Event di UN, NY, Membahas tentang Kemiskinan dan Pemberdayaan Perempuan

CSW 68 adalah salah satu kegiatan tahunan dari United Nations Commision on the Status of…

4 weeks ago