Burberry Bakar Stok Barang Mewahnya yang tak terjual

Burberry, produser pakaian dan asosories mewah kelas atas Inggris, membakar pakaian, perhiasaan serta parfum yang tidak terjual, senilai £28,6 juta atau Rp539 miliar tahun lalu, demi melindungi mereknya.

Tindakan ini membuat nilai keseluruhan barang yang dihancurkan dalam lima tahun terakhir menjadi lebih dari £90 juta atau Rp 1,6 triliun. Hal itu dilakukan untuk mencegah barang tersebut dicuri atau dijual murah. “Burberry melakukan proses pembakaran secara hati-hati  untuk mengurangi jumlah kelebihan stok barang yang diproduksi. Ketika pembuangan produk harus dilakukan, kami melakukannya secara bertanggung jawab dan terus mencari cara untuk mengurangi dan menilai ulang limbah kami,” kata juru bicara perusahan itu.

Perusahan FTSE 100 ini menyatakan tindakan tersebut “tidak biasa” karena mereka harus membakar banyak parfum setelah menandatangni kontrak baru dengan perusahaan AS, Coty. Ketika Coty membuat persediaan baru, Burberry harus membuang produk baru, sebagian besar parfum, senilai £10 juta atau Rp188 miliar.

Dalam beberapa tahun terakhir, Burberry berusaha keras membuat mereknya kembali menjadi eksklusif, setelah melewati tahap dimana para pemalsu “menaruh nama Burberry di barang apapun”, kata Maria Malone, pengajar bisnis fesyen di Manchester Metropolitan University.

Burberry bukanlah satu-satunya perusahaan yang harus mengatasi surplus barang mewah. Richemont, pemilik merek Cartier dan Montblanc, harus membeli kembali jam senilai £430 juta atau Rp8,1 triliun dalam dua tahun terakhir.

November lalu, Burberry mengumumkan perubahan yang bertujuan untuk “menyuntikkan energi” kepada produknya selama beberapa tahun. Di antaranya adalah dengan membawa merek ini ke pasar atas, menutup toko yang lokasinya tidak strategis dan menciptakan “pusat kecanggihan” barang kulit mewah.

Perusahaan ini juga memotong biaya, yang telah membantu peningkatan keuntungan. Pada tahun buku yang baru lalu, Burberry mencatat kenaikan keuntungan sebesar 5% menjadi £413 juta atau Rp7,7 triliun, dengan angka penjualan yang tidak terlalu berubah pada £2,7 miliar atau Rp50,9 triliun. (BBC Indonesia.com)

.

Recent Posts

Sonia Raman, Pelatih WNBA Pertama Berdarah India

Sonia Raman mencatat sejarah baru sebagai pelatih kepala pertama keturunan India di liga bola basket…

7 days ago

Wali Kota Baru New York: Zohran Mamdani

Politisi progresif Zohran Mamdani mencetak sejarah sebagai Wali Kota New York pertama yang berdarah Asia…

1 week ago

Tiga Penangkapan ICE Guncang Komunitas Indonesia di Philadelphia

Tiga kasus penangkapan yang dilakukan oleh lembaga imigrasi Amerika Serikat (ICE) dalam beberapa bulan terakhir…

2 weeks ago

Dialog Pemerintah RI dengan WNI dan Diaspora di Philadelphia

Masyarakat Indonesia di Philadelphia menghadiri pertemuan bersama pejabat pemerintah Republik Indonesia yang digelar di PAX…

3 weeks ago

Imam Prasodjo dan Ikhtiar Menjaga DAS Serayu

Di tengah kabut Telaga Dringo, Dieng, Imam Budidarmawan Prasodjo (65) tampak bersemangat menanam pohon bersama…

1 month ago

Riyan Pondaga Persembahkan Konser Bersama Modero & Company

Modero & Company mempersembahkan Wonderworks, seri acara komunitas perdana yang dibuka dengan konser intim bertajuk…

1 month ago