Pemandu Bunuh Diri Makin Disukai

Program memandu orang melakukan bunuh diri akan ditingkatkan di Canada dalam waktu dekat. Program mengantar mereka yang ingin mengakhiri hidup itu, dinilai perlu agar seorang penderita kelainan mental misalnya, tak lama menderita.

Di Canada program memandu menuju ‘’Kematian’’ atau ‘’Kekekalan’’, sudah diresmikan sejak 2016 silam. Terutama bagi penderita mental atau sakit parah berusia 18 tahun ke atas. Alasannya, agar penderita segera terlepas dari penderitaan.

Pada tahun pertama tercatat 1.000 orang menuju Kekekalan yang dipandu oleh program MAID atau Medical Assistance In Dying. Permintaan itu meningkat tajam pada 2016, dengan 10.640 angka kematian. Bahkan permintaannya banyak dilayangkan bagi penderita yang tergolong tidak memiliki penyakit akut. Caranya, dengan memberi semacam racun atau obat mematikan agar penderita dapat mengakhiri hidupnya.

Meningkatnya permintaan itu, tak terlepas dari rasa nyaman yang dirasakan penderita. ‘’Setiap pasien yang termasuk dalam program MAID, merasa tidak khawatir lagi bagaimana mereka akan berakhir hidupnya,’’ tutur Dr. Stefanie Green, President of the Canadian Association of Maid Assessors and Providers kepada kantor berita BBC. ‘’Malah mereka lebih khawatir bagaimana bila tetap hidup kelak,’’ sambungnya.

Mereka yang meminta dipandu, kebanyakan berusia 76 tahun ke atas. 80 persen di antaranya adalah penderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi. Dan 65% lainnya penderita kanker.

Sejauh ini, ada sejumlah negara di dunia yang mengizinkan penderita penyakit mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau program MAID. Negara-negara itu adalah Australia, New Zealand, Colombia, Belgia, Luxembourg, Spanyol, Canada dan Belanda.

Tentu saja banyak yang protes dengan program ini. Termasuk tiga ahli Hak Asasi Manusia di PBB. Mereka antara lain memperingatkan upaya itu, bakal merendahkan martabat dan nilai-nilai manusiawi.

Sejumlah pemohon di Canada misalnya, mengambil jalan pintas karena mereka kesulitan ekonomi, terlilit utang, merasa kesepian, atau khawatir tidak mampu membayar utang. ‘’Membiarkan mereka mengambil jalan pintas, atau membiarkan hak-hak manusiawi mereka, tidak dapat diterima,’’ tutur Marie-Claud Landry, Komisi Hak-hak asasi manusia Canada. (DP)

.

Recent Posts

Memory of Indonesia: Lawan Alzheimer Lewat Budaya dan Musik

Ratusan diaspora Indonesia lintas organisasi dan generasi berkumpul dalam acara tahunan Memory of Indonesia, Sabtu…

1 week ago

Perkelahian Berujung Maut, WNI Ditangkap di Bald Knob

Seorang pria Indonesia bernama Muhamad Cakra (44) ditangkap polisi setelah menikam seorang warga negara Indonesia…

2 weeks ago

Skandal Seks Belasan Biksu Mengguncang Thailand

Sebuah kasus skandal seks yang melibatkan belasan Biksu Budha di Thailand, terbongkar Kamis lalu. Para…

2 months ago

Dari Kampus Amerika ke Panggung Indonesia

Pulang dengan Bekal Dunia, Membentuk Wajah Baru IndonesiaOleh: Burhan Abe Ketika Nadiem Makarim menjejakkan kaki…

2 months ago

“Spotlight of Indonesia” Memukau Penonton di Museum Sandy Spring, Maryland

Sandy Spring, Maryland, AS — Riuh tepuk tangan dan decak kagum menggema di Museum Sandy…

2 months ago

Presiden Trump Terapkan Tarif 19 Persen Bagi Produk Indonesia ke AS

Barang-barang impor dari Indonesia ke AS akan dikenai pajak 19 persen, sedangkan produk AS tidak…

2 months ago