Kisah Tiga Pekerja Rumah Tangga dan Masakan Luar Negerinya

Jemari Sukini bergerak terampil. Ia menuang daging giling ke atas pinggan, memasaknya hingga kecoklatan, lalu menyisihkan daging yang sudah matang itu. Berikutnya Sukini mengupas dan mencincang bawang bombay dan bawang putih. Memotong butter dan memanaskannya di atas pinggan yang berbeda. 

Minggu pagi itu, 12 Maret 2023, Sukini sedang mempersiapkan Lasagna pesanan seorang temannya. Pengalaman bekerja selama lebih dari 12 tahun di keluarga ekspatriat membuatnya terampil memasak. Sukini pengalaman bekerja dengan ekspatriat dari Inggris, Amerika, dan Argentina, sehingga ia menguasai sejumlah jenis makanan. Bukan hanya makanan utama, tapi juga makanan ringan dan kue-kue. “Harus bisa masak selain masakan utama, soalnya kalau masak di rumah bos, semuanya harus disiapkan. Kan saya siapkan makanan utama dulu, setelah itu bikin kue, bikin snack. Karena mereka  memang makannya seperti itu,” cerita Sukini kepada Endah Lismartini, kontributor Indonesianlantern.com di Jakarta. 

Sukini yang memang senang memasak, dengan cepat melahap resep asing dan mempraktikkannya. “Sekarang saya bekerja untuk dua majikan di Jakarta Selatan,’’  ujar Sukini. Menurut penuturan Sukini, sejauh ini yang banyak memesan masakannya masih ekspatriat. Sebab, ia menggunakan bahan-bahan impor sesuai rekomendasi sang majikan. Dan bahan-bahan impor seperti pasta tomat, aneka keju, yogurt, butter, saus, daun basil atau daun oregano segar, dan lain lain itu harganya tergolong mahal di Jakarta. 

Jika Sukini terbiasa mengolah masakan Barat, maka Oom Sumiyati adalah Pekerja Rumah Tangga,  spesialis masakan Jepang. Awalnya Oom (cara panggilnya: O-om) bekerja sebagai nanny, atau pengasuh anak. Tapi karena suka memasak, Oom selalu memperhatikan bagaimana rekannya sesama PRT yang bertugas memasak di rumah tersebut bekerja. Sambil mengasuh anak majikan, Oom menyimak dan bertanya-tanya tentang bahan yang digunakan dan cara mengolahnya.

Setiap libur ia menggunakan kesempatan itu untuk belajar mengenal bahan dan mengolah masakan Jepang. Rasa senang mengolah masakan membuat Oom dengan cepat menguasai aneka masakan Jepang.Oom juga belajar bahasa Jepang, dan setelah belasan tahun bekerja untuk orang Jepang, kini ia mahir berbahasa Jepang. Sudah pasti itu menjadi nilai lebih untuk Oom.

Oom juga mengaku menerima pesanan masakan Jepang dengan rasa yang otentik. Sebab ia memasak menggunakan bumbu-bumbu yang sesuai digunakan majikannya. Bahan-bahan itu bisa dicari di beberapa toko di kawasan Blok M, Jakarta. Oom juga sering menerima pesanan dari rekan-rekan majikannya, dan banyak yang memuji masakannya dan memesan masakannya. Seperti Sukini, cara Oom memilih bahan dan mengolah sebagaimana aslinya membuat masakan Oom juga berharga di atas rata-rata. Tapi ia memasang harga layak jika yang memesan adalah rekan-rekan majikannya sesama ekspatriat dari Jepang. Oom tahu rasa masakannya enak dan sesuai keinginan orang Jepang. Maka ia tak ragu mematok harga. 

Pengalaman yang sama juga dikisahkan Sutarti, biasa disapa Tarti yang khusus mengolah masakan Korea. Tarti mahir membuat kimchi, tteokbokki, kimbap, Japchae dan aneka masakan lain dari Korea. Minggu lalu ia menghidangkan Japchae dan Sushi ala Korea. Menurut Tarti, dua masakan itu paling favorit dipesan. Dan karena masakan Korea sedang booming di Jakarta, Tarti lumayan sering menerima pesanan masakan Korea. Kali ini Tarti dan Oom sedang tidak bekerja di keluarga ekspatriat. Mereka sedang bekerja di keluarga lokal. Namun bukan berarti keduanya tak menerima pesanan. Mereka dengan senang hati menerima pesanan, mengolahnya dan mengirimkan kepada pemesan. 

Pengalaman bekerja pada keluarga ekspatriat memang mendatangkan berkah pada Oom, Sukini dan Sutarti. Mereka memiliki keterampilan baru dalam hal mengolah masakan dan berani melakukan negosiasi tentang gaji dan menawar jam bekerja. Sehingga mereka sering menerima gaji yang layak dan masih punya waktu untuk menerima pesanan. 

Oom, Sukini dan Sutarti memilih untuk melanjutkan mimpi mereka melalui organisasi Jala PRT tempat mereka bernaung dan beraktivitas. Jala PRT adalah organisasi Jaringan Advokasi Nasional Pekerja Rumah Tangga. Organisasi ini menaungi 45 organisasi lain di bawahnya dengan misi utama memberikan perlindungan bagi pekerja rumah tangga. Koordinator Jala PRT saat ini dipegang oleh Lita Anggraini. Seorang perempuan yang punya kepedulian tinggi untuk melindungi dan menjaga hak para pekerja rumah tangga. 

Mereka bertugas bermimpi untuk melanjutkan koperasi yang sudah pernah terbentuk tapi saat ini belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Mereka lebih ingin berkiprah dan membesarkan kemampuan dan keterampilan mereka mengolah masakan melalui koperasi ini. Tentu perlu modal untuk bisa membesarkannya. Namun mereka percaya hal tersebut masih mungkin diwujudkan. 

Mereka ingin, sesama rekan PRT bisa maju bersama dan berdaya bersama. Salah satunya dengan cara berserikat di Jala PRT dan menguatkan kembali mimpi mereka tentang koperasi untuk pekerja rumah tangga. “Kami ingin membantu dan memberdayakan sesama PRT. Jadi melalui koperasi, nanti kita akan membuat sesama teman-teman PRT saling berusaha dan menguatkan,” begitu disampaikan Oom. (Artikel & Foto-foto: Endah Lismartini)