Fenomena berburu suara klakson ‘tolelot’ yang dilakukan banyak kalangan dari anak hingga dewasa di berbagai daerah ternyata sudah berlangsung lama dan sudah dikenal di kalangan para sopir bis terutama ukuran besar.
Salah seorang sopir bis pariwisata asal Jakarta, Patra mengungkapkan tren tersebut sudah ada sejak 5-6 tahun yang lalu. “Sejak 5 sampai 6 tahun yang lalu fenomena itu sudah ada,” ceritanya saat ditemui di Taman Parkir Abu Bakar Ali Yogyakarta. Fenomena itu biasanya banyak terjadi di wilayah Jawa Timur sebelum saat ini juga merembet ke daerah lain, di wilayah Yogyakarta sendiri diakuinya ada tapi jumlahnya tidak banyak.
Sebagai seorang sopir dirinya sudah paham apabila ada orang yang memasang ponsel berkamera ataupun sekedar memberikan tanda dengan tangan, bahkan meneriakinya. Dirinya tidak merasa terganggu bahkan ada rasa senang karena merasa mendapat perhatian. “Merasa senang saja tidak terganggu, senang ada yang memerhatikan,” ujarnya yang sedang membawa rombongan asal Bekasi.
Klakson dengan bunyi tolelot yang khas dan menjadi incaran para pemburu tersebut sendiri sebenarnya merupakan klakson variasi dan bukan bawaan pabrik. “Klakson variasi harganya berkisat 1,5-2 juta rupiah,” ujar Patra. (Tribunjogya.com)
Politisi progresif Zohran Mamdani mencetak sejarah sebagai Wali Kota New York pertama yang berdarah Asia…
Tiga kasus penangkapan yang dilakukan oleh lembaga imigrasi Amerika Serikat (ICE) dalam beberapa bulan terakhir…
Masyarakat Indonesia di Philadelphia menghadiri pertemuan bersama pejabat pemerintah Republik Indonesia yang digelar di PAX…
Di tengah kabut Telaga Dringo, Dieng, Imam Budidarmawan Prasodjo (65) tampak bersemangat menanam pohon bersama…
Modero & Company mempersembahkan Wonderworks, seri acara komunitas perdana yang dibuka dengan konser intim bertajuk…
Indonesia telah menarik investasi sebesar Rp 48 triliun (sekitar US$2,86 miliar) melalui program Golden Visa,…