Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution menerangkan, tidak menutup kemungkinan bahwa apabila pelemahan nilai tukar rupiah berkelanjutan bisa mempengaruhi inflasi. Meski demikian menurutnya kejatuhan rupiah sejauh ini belum berdampak pada inflasi inti atau core inflation.
Pasalnya Inflasi tercatat masih akan tetap rendah di bulan Agustus. Sedangkan tingkat inflasi pada Juli 2018 adalah 0,28% yang disumbang inflasi inti sebesar 0,41% tertinggi sejak Februari 2017.
“Sejauh ini belum, artinya core inflation, sekarang ini ada kenaikan (inflasi inti) kalau dilihat dan diakumulasikan. Misalnya di Agustus, tapi belum besar kenaikannya. Kapan kelihatan dampaknya (kurs rupiah ke inflasi)? Tidak tahu, susah menebaknya,” ujar Menko Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Lebih lanjut Darmin memprediksi, ke depan rupiah akan bergerak naik-turun lantaran bank sentral AS Federal Reserve yang bakal kembali menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi hingga akhir 2018. “Tapi arahnya mesti dia (The Fed) menaikkan (suku bunga acuan). Jadi dari 2018 ke 2019 itu arahnya bisa 1,5% bisa naik lagi atau lebih sedikit,” lanjutnya. Hingga akhir pekan ini nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar merosot mendekati Rp 14.700-an
Dia menegaskan bahwa sudah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan rupiah. Apalagi Bank Indonesia bakal menerapkan kebijakan pengetatan moneter. “Itu berarti kita akan terkena dampaknya, sebagian di kurs, tingkat suku bunga (bank) dan di inflasi. Mungkin juga lama-lama inflasi kita terpengaruh (nilai tukar nupiah) dari imported inflation,” paparnya. (Sindonews.com)