Tiga perempuan Indonesia yang bergabung dengan ISIS, mengaku menyesal setelah tahu bahwa mereka tertipu oleh anggota ISIS. Dalam laporan CNN itu, ketiga warga Indonesia kakak beradik itu menuturkan mereka dijadikan budak seks. ‘’Ya sangat menjijikkan,’’ tutur Rahma, salah satu di antaranya.
Mereka, yang kini berada di Kamp Pengungsi Ain Issa, Suriah, mengaku harus membayar ribuan dolar agar bisa bergabung dengan ISIS. Mereka dijanjikan akan memberi mereka sekolah gratis, tunjangan kesehatan gratis. Tapi kenyataannya lain sama sekali.
Mereka disuruh menjual perhiasan dan membayar uang agar mereka dapat diselundupkan ke luar dari pengawasan ISIS. ‘’Mereka bilang akan berjihad Fizabilillah, demi Allah. Tapi yang mereka inginkan tak lain hanya seks dan wanita,’’ kata Rahma. ‘’Bahkan, bila para militan itu berhasil menikahi seorang janda, mereka mendapat ribuan dolar,’’ timpal lainnya. Noor, salah satu dari ketiga perempuan muda itu, juga menuturkan bahwa perangai para perempuan yang berada di dalam kamp ISIS berbeda.
‘’Tidak menunjukkan Islami sama sekali,’’ katanya. ‘’Kasar. Suka bergunjing, saling berteriak satu sama lain, saling cakar-cakaran, berkelahi. Saya sangat terkejut melihat hal itu,’’ kata Noor menambahkan. Ketiga kakak beradik itu mencoba mengontak perwakilan Indonesia di Suriah agar dapat pulang ke tanah air. Lain halnya penuturan Saidah.
Perempuan muslim asal Montpellier, Prancis itu mengaku bahwa ia adalah salah satu dari belasan janda yang ditinggal militan ISIS. Banyak dari mereka terpaksa menyuap penyelundup manusia agar dibawa ke Raqqa, untuk diungsikan oleh tentara Kurdi ke Kamp Pengungsi Ain Issa. ‘’Saya mencintai hidupku. Saya suka dengan celana jins saya. Saya suka berdandan. Saya mencintai orang tua saya,’’ tutur Saidah yang suka mengenakan bikini di pantai.
Para janda itu awalnya didaftar dan ditanyai jati diri mereka. Lalu, para pejuang yang hendak menikahi mereka juga diatanya jati dirinya. Setelah mereka sama-sama sepakat, mereka langsung dinikahkan. ‘’Semua proses itu berlangsung tak lebih dari 15 menit,’’ kata Saidah yang ingin cepat pulang ke Prancis. Suami pertamanya terbunuh di Suriah, kemudian jatuh hati dan menikah dengan anggota kelompok ISIS dari Maroko.
Demikian juga May, perempuan asal Prancis yang merasa tertipu dan ingin melarikan diri. ‘’Banyak para perempuan di sini merasa tertekan. Sebab, mereka hanya menikah tiga sampai empat hari saja, lalu diceraikan. Malah ada perempuan yang menikah sampai enam kali, sampai hakim ISIS mengancam hendak mencambuknya, bila bercerai lagi,’’ tutur May.