Serbuan Virus Corona menyerbu Amerika Serikat dengan dashyat, meluluh lantakkan semua kegiatan di semua sudutnya. Menurut data yang saya peroleh per hari ini, Senin, 25 Mei 2020, ada 5,45 juta penduduk bumi yang terpapar Covid19, dan 1,69 juta jiwa di antaranya tinggal di Amerika Serikat.
Sejak April 2020 yang lalu, Amerika diketahui kehilangan 20 juta pekerjaan, yang tersedia di toko, restoran, pabrik, dan perkantoran karena terpaksa ditutup. Bahkan bukan hanya itu saja. Ada 300 juta orang yang kehilangan tempat tinggal, dan terpaksa harus tinggal di banyak tempat penampungan yang disediakan pemerintah di masa Covid19 ini. Ini bukan biaya yang sedikit. Pengeluaran yang cukup besar yang dipikul negara di zaman pemerintahan Presiden Trump.
Untuk DMV Area, tercatat bukan sedikit korban Virus Corona. Hingga hari ini (05/25/2020), Di Washington DC tercatat ada 8.225 orang terpapar Covid19 dan 440 orang meninggal dunia. Di Virginia, ada 37.727 orang terpapar Covid19 dan 1.208 meninggal dunia. Sedangkan di Maryland ada 47.152 orang terpapar Covid19 dan 2.130 orang meninggal dunia.
Walaupun Presiden Trump menyerukan untuk memulai kegiatan ekonomi dengan mengangkat status lockdown nasional sejak awal Mei 2020 lalu, ketiga negara bagian ini tidak serta melakukannya.
Untuk itu, semua penduduk DMV, termasuk saya pribadi, menyatakan rasa hormat dan terimakasih atas usaha kerja keras pemerintah dan kerjasama rakyat yang serius membasmi Covid19. Meski dikatakan juga, bahwa masih akan dimungkinkan akan datangnya serbuan Covid19 gelombang kedua.
Masyarakat Indonesia di Washington DC Area sebenarnya termasuk beruntung. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di ibukota negara Amerika Serikat ini sebenarnya membuka diri untuk memberi pertolongan pada warga yang terdampak Covid19 dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Covid19. Ada panduan yang diberikan pada masyarakat Indonesia di website resmi embassyofindonesia.org dan sosial media seperti Facebook dan Twitter.
Di DMV area sendiri masyarakat Indonesia yang menjadi korban tewas Covid19 tidak ada. Walaupun ada satu korban tewas Covid19 warga Maryland, adalah Henny Geutride Warong-Oetoyo (66). Almarhumah terpapar dan dirawat serius akibat Covid19 di kota Pittsburg, di negara bagian Pennsylvania dan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 5 Mei 2020 di tempat yang sama. Ketiga putri yang ditinggalkannya, dengan duka mendalam tidak dapat mendampingi ibunda tercinta mereka selama sakit hingga dikremasi di Pitsburg.
Walau Covid19 meninggalkan duka mendalam untuk keluarga Oetoyo di Montgomery County, Maryland, bagi sebagian masyarakat Indonesia lainnya melihat itu sebagai sesuatu yang disyukuri. Ajeng Trisari , warga Maryland, melihat musibah Covid19 sebagai salah satu cara membuat keluarga kecilnya berkumpul dan menikmati kebersamaan keluarga.
Bahkan menurutnya, Covid19 akhirnya menjadi ajang saling menolong sesama masyarakat Indonesia. Ia mengakui kehilangan penghasilan memang juga dia alami yang cukup memberatkannya sebagai orangtua tunggal. Tetapi, Ajeng yang dikenal pandai berjualan Somay, Batagor dan jamu kunyit asam berputus asa. Lewat Whatsapp grup dan Facebook, ia berhasil menyapa para pelanggannya.
Hal serupa juga dinyatakan Ibu Nina dari Centerville, Virginia yang biasa melakukan catering makanan khas Bali ke Washington DC setiap hari yang terhenti karena musibah Covid19. “Saya nyaris mendadak tak punya penghasilan, karena Washington DC tutup semua kegiatan perkantorannya”, katanya menjelaskan.
Menurut perempuan asli Bali ini, di luar dugaan, para pelanggannya mencarinya dan akhirnya mendorongnya untuk lebih aktif menawarkan makanan menu makanan khas Bali andalannya seperti Lawar, Ayam Suwir, Ayam Betutu, Sayur Plecing, dan Sambal Matah, yang digemari langganannya. “Memang saya kehilangan penghasilan 40-50% setiap minggu dari yang biasanya, tetapi paling tidak, tidak hilang sama sekali. Saya jadi kreatif dengan dibantu suami saya yang membantu mengantarkan makanan ke rumah pembeli”, katanya menjelaskan.
Kalau ada masa Covid19 yang sepi dan suram sepertinya tidak jadi masalah serius bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Washington DC Area. Selama masih ada internet, Facebook dan Zoom, Whatsapp, bahkan Youtube dan Facetime, semua komunikasi dan jalinan persahabatan dan persaudaraan tetap ada dan terpelihara mesra dan indah. Inilah gaya khas Indonesia di luar negeri yang patut ditiru: pandai menghibur diri dan berjiwa besar menerima musibah, separah apapun, dengan syukur meski harus tinggal di dalam rumah hampir dua bulan.
Semuanya berharap dan percaya, bahwa badai Covid19 pasti berlalu dan kegiatan ekonomi akan kembali berjalan normal seperti semula. Amerika pasti bangkit kembali membangun negeri yang sudah sempat porak poranda akibat ulah Covid19. (Victor Sidjabat)