Sodimedjo alias Mbah Gotho tutup usia, pada Minggu (30/04) sore, enam bulan setelah merayakan ulang tahun yang menurut pengakuan dirinya mencapai 146 tahun. Mbah Gotho, sebagaimana diungkapkan cucunya, Suryanto, meninggal dunia pukul 17.45 WIB pada 30 April lalu.
Menurut rencana, almarhum akan dimakamkan pada pukul 11.00 WIB di Kompleks Permakaman Tanggung, Dusun Grasak, Desa Plumbon, Kecamatan Sawungmacan, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Senin (01/05). Suryanto menceritakan bahwa Mbah Gotho sempat menjalani perawatan di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro, Sragen, pada 12 April lalu karena kondisi tubuhnya sangat lemah. Namun, dia memaksa pulang enam hari kemudian.
“Setelah pulang dari rumah sakit, dia hanya makan bubur sumsum sebanyak satu, dua sendok. Itupun hanya bertahan dua hari. Sejak itu sampai akhir hayatnya, dia menolak makan maupun minum,” tutur Suryanto kepada BBC Indonesia.
Kepada Suryanto dan keluarganya, Mbah Gotho sempat berpesan. “Sebelum Mbah Gotho sakit, dia berkata ‘Seandainya saya diminta oleh Yang Kuasa, anak dan cucu saya harus mengikhlaskan saya’,” ujar Suryanto.
Pada Desember 2016 lalu, Mbah Gotho merayakan ulang tahun, yang menurut pengakuan dirinya, mencapai 146 tahun. Kala itu, Mbah Gotho tetap pada keinginan agar dia segera tutup usia. Bahkan, dia telah menyiapkan batu nisan, cungkup, serta kayu untuk penutup liang lahat yang diletakkan di samping rumah.
Saat BBC Indonesia mewawancarai Mbah Gotho tahun lalu, dia menunjuk nisan bertuliskan namanya. “Kematian itu hal yang saya inginkan. Nisan itu untuk jaga-jaga, beli sendiri. Sudah komplet, rumah kuburan dan cungkup sudah siap, tinggal menunggu dipanggil. Kalau saya meninggal harus cepat dimandikan, didandani, pakai baju, celana, kaos tangan komplet, dasi, dan kacamata. Terus dibawa ke makam dan ditidurkan dengan petinya. Dicor biar tidak longsor,” kata Mbah Gotho, tahun lalu. (BBC Indonesia.com)
Be First to Comment