Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan buka suara mengenai kasus penyiraman air keras terhadap dirinya. Novel menduga ada “orang kuat” yang menjadi dalang serangan itu sehingga kasusnya belum terungkap sampai sekarang.
Dalam sebuah wawancara kepada Time di Singapura, Novel mengatakan mendapatkan informasi bahwa seorang jenderal polisi terlibat. Awalnya Novel mengira informasi itu salah. “Tapi setelah dua bulan dan kasus itu belum juga selesai, saya mengatakan (kepada yang memberi informasi itu), sepertinya informasi itu benar,” kata Novel.
Saat diwawancara Time 10 Juni lalu, Novel masih dalam proses penyembuhan terhadap matanya yang terkena siraman air keras. Sebuah pelindung mata terlihat terpasang di wajahnya untuk melindungi penglihatannya yang mulai membaik. Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya. Dalam perhitungan Novel, serangan air keras itu merupakan kali keenam dia mendapat serangan terkait pekerjaannya sebagai penyidik KPK. Pada 2011, sebuah mobil nyaris menabraknya saat dia mengendarai sepeda motor. Novel sempat berpikir bahwa itu adalah kejadian biasa. Namun, pikiran itu berubah saat kejadian yang sama terulang pada pekan berikutnya.
Dalam wawancara dengan Beritagar Desember 2015 lalu, Novel bercerita bahwa ancaman mulai dirasakannya ketika menangani kasus mafia hitam. Purnawirawan polisi ini memang punya reputasi sebagai penyidik kasus korupsi kelas kakap seperti korupsi simulator SIM hingga menguak jual beli perkara pemilukada yang melibatkan Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi.
Rentetan ancaman dalam berbagai bentuk tak menyurutkan semangat Novel. “Masa diancam kita kalah. Saya terakhir malah diancam akan ditembak. Saya bilang saya tidak takut. Tapi masalahnya bukan takut atau tidak. Tapi masalahnya negara ini hadir atau enggak. Karena mau sampai kapan kita takut,” katanya kepada Beritagar.
Semangat Novel terus menyala, ancaman pun tak pernah sirna. Pada Selasa (11/4/2017) seusai menunaikan salat subuh di masjid Al Iksan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Novel diserang dengan menggunakan air keras oleh dua orang tak dikenal. Novel menjalani perawatan hingga dibawa ke sebuah Rumah Sakit di Singapura.
Hingga sekarang, polisi belum menemukan titik terang pelaku penyiraman. Beberapa orang yang sudah dicurigai tak terbukti. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa Polri berusaha keras untuk menangkap pelaku teror terhadap Novel Baswedan. Tito menyebut ada kemungkinan keterlibatan Miryam S Haryani, anggota Komisi II DPR periode 2009-2014 yang saat ini terlibat kasus e-KTP.
Ia mengungkapkan, dalam menangani kasus penyiraman terhadap Novel, polisi menggunakan metode induktif berdasarkan olah TKP dan deduktif berdasarkan orang-orang yang berpotensi terlibat. Tito menambahkan, dalam penggunaan metode deduktif tadi, sejauh ini polisi telah memeriksa dua orang, yakni Miryam dan Miko yang belakangan muncul melalui videonya di YouTube. (republiknkri.com)
Be First to Comment