Sekitar 1.500 bocah imigran gelap yang disalurkan ke tempat-tempat penampungan anak, hilang tak ketahuan nasibnya. The New York Times mengabarkan Selasa (29/5/2018), mereka umumnya berasal dari Honduras, El Salvador dan Guatemala datang ke perbatasn tanpa ditemani orang tua.
Mereka menghindari aksi kekerasan di negaranya, sejak beberapa tahun lalu. Baru pada tahun 2017 lalu, Departemen Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan yang mengawasi para pengungsi, mulai menyelidiki keberadaan 7.635 bocah yang ditampung Oktober tahun 2017.
Dari jumlah itu, 6 ribu anak di antaranya masih berada ditampung para keluarga AS yang mensponsori mereka. 52 orang di antaranya dipindahkan ke alamat lain, karena beberapa sebab. 28 anak lain melarikan diri dan lima lainnya dipulangkan ke negaranya. Sedangkan sekitar 1.475 bocah sisanya tak ketahuan nasibnya.
Kehilangan jejak ribuan bocah bukan urusan remeh, dan dianggap sebagai fenomena baru di AS. Pada 2016, laporan inspektur jenderal departemen kemanusiaan AS berhasil menemukan kembali 84% bocah imigran yang ditampung, namun 4.159 lainnya tak ketahuan nasibnya.
Eric Hargan, Deputi Menteri Pelayanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS mengaku risi dengan kasus hilangnya 1.500 bocah imigran. Dalam pernyataan resminya, Eric Hargan mengungkapkan bahwa pihaknya telah menghubungi orang tua asuh mereka sebulan setelah dititipkan. ‘’Mereka merasa tak membutuhkan bantuan dari Pemerintah AS,’’ tutur Eri Hargan. Bahkan, lanjutnya, ‘’Banyak para orang tua asuh menghilang, karena mereka sendiri adalah para imigran tanpa surat resmi alias ilegal,’’ tuturnya.
Belum jelas, apa yang akan dilakukan Depatemen Layanan Kemanusiaan dan Kesehatan AS untuk menemukan kembali seribu lebih bocah yang hilang tersebut. Presiden Donald Trump menuduh Partai Demokrat menerapkan aturan hukum yang mengerikan ‘’Karena memisahkan para bocah dengan orang tua mereka,’’ katanya. Padahal, kenyataannya, Pemerintah Trump juga mengusir para bocah imigran gelap untuk kembali ke negaranya.
Be First to Comment