Press "Enter" to skip to content

FBI Ungkap 50 Ibukota Negara Bagian Terancam Diserbu. Termasuk Washington DC

Washington DC, ibukota AS akan ditutup mulai Rabu 13 Januari 2021. Seluruh pintu masuk akan ditutup dan dijaga oleh petugas kepolisian dibantu oleh 10 ribu pasukan Garda Nasional AS. Bisa ditebak, penutupan itu dilakukan setelah kasus penyerbuan Gedung Parlemen oleh kelompok pendukung Presiden Donald Trump. Artinya, penutupan kawasan ‘Ring Satu’ yang sedianya akan diterapkan 19 Januari 2021, atau sehari sebelum upacara pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS, terpaksa diterapkan lebih awal.

 

Beberapa hari lalu, Biro Investigasi Federal atau FBI mengeluarkan peringatan bahwa sejumlah kelompok bersenjata merencanakan akan menyerbu Ibukota AS dan 50 ibukota negara-negara bagian lainnya.

Dalam buletin internalnya, FBI mengungkapkan bahwa mulai pekan ini hingga sampai Hari Pelantikan Presiden AS, sejumlah aksi protes rencananya akan digelar di 50 ibukota negara-negara bagian AS. Termasuk Ibukota Washington DC. 

‘’FBI juga menerima informasi, belakangan ini sebuah kelompok bersenjata mengajak kelompoknya untuk melakukan penyerbuan ke negara bagian, dan pemerintahan setempat serta gedung-gedung pengadilan, serta gedung-gedung strategis lainnya, pada saat Presiden Donald Trump dipaksa melepaskan jabatan, sebelum pelantikan Joe Biden sebagai presiden pada hari Rabu 20 Januari 2021,’’ bunyi penjelasan resmi yang kepada stasiun televisi ABC. ‘’Penyerbuan juga akan dilakukan terhadap negara-negara bagian pendukung Joe Biden dan Demokrat, tak peduli apakah negara-negara bagian itu memenangkan Biden atau Trump,’’ bunyi penjelasan itu.

Bahkan, FBI menerima informasi tentang sebuah kelompok bersenjata yang cukup dikenal bermaksud akan menuju ke Washington DC pada 16 Januari 2021, Sabtu ini. ‘’Mereka mengeluarkan peringatan, apabila Kongres hendak menggulingkan POTUS (Presiden Of The United States atau Presiden Trump) melalui Amandemen ke-25, maka aksi pemberontakan besar-besaran akan terjadi!’’

Peringatan dan informasi itu adalah sebagian kecil dari 45 ribu tips yang diterima FBI dan kini sedang ditelaah secara teliti. 

Sementara itu, FBI kawasan Washington atau FBI Washington Field mengeluarkan imbauan lewat akun Twitternya bahwa masyarakat diminta melakukan identifikasi atau memberikan pengaduan jika melihat siapapun yang masuk ke Gedung Parlemen dan melawan petugas hukum untuk segera melapor ke FBI di nomor 1-800-CALL-FBI atau mengirim foto atau video ke http://ow.ly/NKXk50D4NlV. https://fbi.gov/wanted/seeking-info/violence-at-the-united-states-capitol-5

Sementara itu, Ketua Parlemen Nancy Pelosi dan sejumlah anggota parlemen tengah ancang-ancang untuk melakukan pemakzulan terhadap Presiden Trump. Langkah ini dilakukan sewaktu Donald Trump masih menjabat sebagai presiden sebelum tangga 20 Januari mendatang, sehingga Trump menjadi satu-satunya pemimpin AS yang dua kali mengalami pemakzulan. Dan kesempatan Trump untuk ikut pilpres 2024 konon bisa digagalkan.

Dan yang lebih menakutkan 25 warga AS tengah menjalani pemeriksaan intensif karena diduga terlibat aksi terorisme saat penyerangan Gedung Parlemen dua pekan lalu. ‘’Dari 25 orang tersebut banyak di antaranya adalah anggota militer AS,’’ kata Menteri Angkatan Bersenjata AS Ryan McCarthy (setara kastaf TNI) kepada Senator Jason Crrow dari Partai Republik.

Seorang perwira tinggi bidang pertahanan nasional AS yang tak mau disebutkan namanya menjelaskan kepada USA Today: ‘’Beberapa anggota militer yang aktif maupun cadangan mungkin terlibat dalam kerusuhan lalu. Pihak militer tengah melakukan investigasi,’’ katanya. ‘’Keterlibatan militer memprihatinkan,’’ lanjutnya. Sementara itu, Pentagon juga diminta untuk memeriksa lagi siapa saja anggota militer yang nanti diterjunkan sebagai satuan keamanan pada hari Pelantikan Presiden Joe Biden 20 Januari mendatang.

Kekhawatiran itu tak bisa diabaikan, mengingat Presiden Trump memiliki pendukung sebanyak 30 juta orang yang tersebar di seluruh AS. ‘’Jumlahnya hampir sama dengan penduduk Jawa Tengah,’’ tutur Profesor politik Jeffrey Winters, dalam seminar virtual berjudul ‘American Democracy under Siege, Minggu 10 Januari 2021 silam. 

Apalagi, Presiden Trump menyatakan tidak bersedia menghadiri pelantikan Joe Biden sebagai presiden AS. Bila itu yang terjadi, banyak yang mengkhawatirkan tas berisi tombol nuklir – dikenal sebagai nuclear football – tidak akan diserahkan Presiden Donald Trump. 

Asumsi ini ditepis pihak Pentagon yang menjelaskan bahwa tas nuklir akan diserahkan pejabat tinggi Gedung Putih kepada pengawal presiden baru, beberapa saat sebelum pelantikan berlangsung. ‘’Prosedurnya sama halnya bila seorang presiden wafat karena dibunuh misalnya,’’ tutur jurubicara Pentagon.

Ahli strategi nuklir Stephen Schwartz menjelaskan bahwa ada tiga kopor tombol nuklir yang disediakan: Satu untuk presiden, satu kopor untuk wakil presiden, dan satu lagi untuk seseorang yang dinilai mampu bertahan bila terjadi perang nuklir. ‘’Kami berharap agar Presiden Donald Trump menghadiri acara pelantikan dan mengikuti tradisi yang berlangsung beberapa dekade,’’ kata Stephen Schwartz. ‘’Bila tidak bersedia hadir, ya bukan masalah besar. Militer AS menjamin terjadinya penyerahan kekuasaan secara mulus dan lancar,’’ sambungnya. (DP)

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.