Kasus kriminal berlatar belakang anti-Asia di AS meningkat hampir 150% pada tahun 2020 lalu. Laporan yang dikeluarkan California State University, San Bernardino itu, berdasar penelitian di 16 kota terbesar AS itu menyebutkan kenaikan angka kriminal itu terjadi bersamaan dengan naiknya kasus COVID-19 di bulan Maret dan April 2021.
Dalam laporan dari The Center for the Study of Hate and Extremism itu menyebutkan, bahwa jumlah kejahatan anti-Asia di Kota New York naik dari 3 kasus menjadi 28 kasus. Disusul dengan Boston dan Los Angeles yang naik dari 6 kasus hingga 14 kasus dan 7 menjadi 15 kasus.
Lebih dari 2.800 insiden bermotif kebencian itu, dialami warga Asia Amerika. Termasuk warga keturunan China, Filipina, Korea, Indonesia dan warga lain yang berkulit kuning. Seperti diketahui, penduduk AS kebanyakan tidak mampu membedakan negara asal dari warga Asia Amerika. Korban wanita 2,5 kali lebih banyak dari korban lelaki.
‘’Ini benar-benar sangat mengganggu,’’ kata Anne A. Cheng, Comparative race scholar and professor di Princeton University. ‘’Ini merupakan bagian dari sistem diskriminasi kultur terhadap warga Asia di AS,’’ lanjutnya. Anne Cheng menduga keras bahwa ‘’Gara-gara virus Corona dan cara-cara rasialis yang dilakukan pemerintahan sebelumnya dijadikan alibi kuat atas munculnya rasialisme,’’ katanya.
Sementara Profesor Brian Levin yang ikut menulis laporan itu, menjelaskan bahwa kecenderungan angka-angka kriminal itu bukan hanya mencatat kecenderungan baru, tetapi juga laporan yang tak tercatat dari tindak kriminal ini.
April 2020 lalu, Indonesianlantern.com melaporkan banyak warga Indonesia di Kota Philadelphia yang mengalami aksi kekerasan dan perundungan. Bahkan ada yang diludahi. Tak cuma itu. Seorang pelajar SLTA pun menjadi bahan olok-olok dalam bis kota, setiap hari. Dan, perlakuan tak menyenangkan itu terjadi sejak krisis pandemi virus COVID-19 merebak di AS.
Hal itu terungkap dalam konperensi bertajuk ”Upaya Menghadapi Kekerasan Terhadap Etnis Asia” tersebut diikuti lebih dari 50 partisipan dari berbagai kota Pantai Timur AS. Konferensi bertajuk ”Upaya Menghadapi Kekerasan Terhadap Etnis Asia” tersebut diikuti lebih dari 50 partisipan dari berbagai kota Pantai Timur AS. ”Bahkan ada yang diludahi!,” kata Pastor Tenny Landena, pemimpin Pemimpin agama Gereja ICC Philadelphia, sehingga banyak peserta diskusi yang kaget mendengar hal ini.
Yang menyedihkan dialami Anya Bakri. Remaja cantik ini mengalami perlakuan buruk dan perundungan di atas bis kota, setiap hari. Mulai dari kata-kata ‘Cina balik ke negaramu’ atau sekedar diolok-olok ‘Cina’ bahkan sebutan lain yang menusuk hati. ”Kalau aku ceritain setiap hari, mamah pasti menangis,” tutur Anya Bakri, putri Indah Nuritasari, yang aktif dalam kegiatan remaja Masjid Al Falah itu.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di New York Amerika Serikat (AS) mengimbau kepada warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di New York dan sekitarnya untuk melaporkan jika mendapatkan tindakan diskriminasi atau kejahatan di laman resmi Pemerintah New York.
“Pemerintah New York telah meluncurkan website untuk melaporkan tindak diskriminasi atau kejahatan bermotif rasial dimaksud di laman: https://www1.nyc.gov/site/cchr/media/covid-19.page,” jelas KJRI New York mengutip dari akun resmi Instagram resminya di @indonesiainnewyork, Kamis (11/3/2021).
KJRI New York juga mengimbau WNI untuk terus memperhatikan situasi keamanan setempat melalui pemberitaan di media massa atau sumber-sumber resmi dari pemerintah setempat.
Dalam keadaan darurat, hubungi 911. Sekiranya memerlukan bantuan, KJRI New York juga membuka hotline dan bisa menghubungi KJRI New York pada nomor:
– 347 806 9279, 646 491 3809, 646 238 8721, 929 366 9842, 929 329 4872
Meski begitu, banyak yang berharap agar kebencian rasialisme ini bakal berkurang. Seperti yang dikatakan Profesor Brian Levin. ‘’Dengan dibukanya kembali sejumlah negara bagian AS, angka kejahatan itu diperkirakan bakal menurun,’’ katanya. (DP).
Be First to Comment