Press "Enter" to skip to content

Perempuan Dalam Pusaran Politik

Mendiskusikan relevansi perempuan dalam tatanan sosial masyarakat dan pemerintahan Indonesia selalu menjadi topik yang menarik. Dalam perspektif sejarah peradaban bangsa, perjuangan perempuan selalu ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai bangsa yang terbuka dan kosmopolit, dari awal Indonesia telah memberikan tempat bagi kaum perempuan untuk terlibat di dalam politik. Cut Nyak Dhien di Aceh mengajarkan kita bagaimana kekuatan dan kegigihan dalam melawan penjajahan Belanda di masa lalu. R. A. Kartini yang merupakan salah satu tokoh yang paling popular dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dalam memperoleh pendidikan yang layak dan bermartabat, sampai Presiden Megawati Soekarno Putri yang telah menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia yang selalu konsisten memperjuangkan demokrasi.

Hari-hari ini, diskursus tentang keterlibatan perempuan dalam politik kembali menguat, karena pemimpin perempuan di beberapa negara dunia dianggap berhasil mengatasi pademi, diantaranya Perdana Menteri Jerman, Angela Merkel, Presiden Taiwan, Tsai Ing-Wen, dan Perdana Menteri Selandia baru, Jacinda Ardern. Di Indonesia sendiri, nama yang santer tersebut ketika mendiskusikan politik perempuan adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi. Beliau adalah politisi dari Partai PDI Perjuangan yang memiliki peran penting dalam dinamika politik dan dianggap sebagai model dari politisi perempuan di Indonesia. Sepak terjang dari anak Presiden Indonesia ke-5 ini sangat menarik untuk dibedah, selain karena terobosan-terobosan yang telah dilakukan, beliau juga cucu kandung dari Bapak Bangsa Indonesia.

Perempuan Berdaya
Puan Maharani sudah bersentuhan dengan dunia politik sejak lahir. Ia menjadi saksi bagaimana Megawati memperjuangkan terwujudnya demokrasi pada masa orde baru. Lahir dan tumbuh dari keluarga politisi mengasah insting politiknya. Puan mengawali karir politiknya dari organisasi kepemudaan pada Tahun 2006. Setahun berikutnya 2007, ia langsung didebut sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan bidang pemberdayaan perempuan dan masyarakat. Dengan cepat, Puan Maharani berproses menjadi politisi perempuan Indonesia dari PDI Perjuangan yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai keluhuran Pancasila yang berkebudayaan. Pada tahun 2009 hingga 2014, ia terpilih menjadi anggota DPR RI serta dipercaya menduduki jabatan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI.

Karir politiknya tergolong mulus dan cepat, ia menunjukan kapasitas dan kapabilitasnya dengan kerja keras. Berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri kerap dinobatkan kepadanya,diantaranya Guinness World Record pemrakarsa pagelaran Wayang Kulit dengan kelir terpanjang pada Tahun 2013 dan Demokrasi Award yang diberikan oleh Pikiran Merdeka Online pada tahun 2016, serta beberapa penghargaan lainya, baik dalam bidang akademis maupun praktis.

Meski sebagian besar panggung politik tanah air didominasi oleh laki-laki, Puan Maharani selalu tidak pernah merasa tersisih apalagi inferior. Sebaliknya, dia justru semakin matang dan piawai memankan peran politiknya. Pada pemilu 2014, ia ditunjuk sebagai Kepala Badan Pemilihan Umum Partai, dan partainya berhasil memenangkan pemilu dengan hasil yang sangat memuaskan. Karena keberhasilan inilah kemudian ia dipercaya oleh Jokowi masuk dalam kabinet kerja sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia untuk periode 2014 dan 2019, dalam prosesnya menjadi perempuan pertama yang pernah menjabat sebagai menteri koordinator. Sebagai Menko PMK,Puan semakin gencar mewujudkan ide dan gagasannya dengan mempromosikan budaya Indonesia yang bergotong royong, menjaga keutuhan tenun kebangsaan dalam Bhineka Tunggal Ika, serta mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari. Semua itu dibungkus dalam satu gerakan nasional yang disebut revolusi mental. Tentu saja ini menjadi rekam jejak luar biasa bagi Puan Maharani dan juga bagi perempuan Indonesia secara umum.

Selanjutnya, Anak kandung Megawati Soekarno Putri dan Taufik Kiemas ini menunjukan keberanian dalam mengambil keputusan-keputusan politik penting. Sebagai contoh, pada saat Puan menjabat sebagai Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), ia telah membangun koordinasi,sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan terhadap Kementerian atau Lembaga yang berada di bawah garis tanggungjawabnya. Puan memfokuskan diri pada ruang lingkup pendidikan untuk masyarakat sebagai proses pemberdayaan untuk membangun manusia dan kebudayaan Indonesia, sebab pendidikanlah yang bisa mengangkat derajat sebuah bangsa untuk bisa maju, bermartabat, dan berkarakter.

Sebagai perempuan, Puan maharani telah memberikan sentuhan yang berbeda dalam memandang tantangan-tantangan bangsa. Perempuan cenderung menilai sesuatu dari pengalaman authentic yang pernah dialaminya sendiri, atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan etika kepedulian (ethic of care). Puan Maharani bisa menjadi katalisator gerakan politik perempuan dengan mengedepankan moralitas dan integritas. Di sinilah pentingnya kehadiran perempuan berdaya untuk memperlihatkan kekuatan pikiran-pikiran yang hanya bersumber dari pengalaman otentik perempuan.

Kepemimpinan
Sebagai seorang cucu proklamator kemerdekaan dan anak kandung dari Presiden perempuan pertama Indonesia, Puan seolah memang terlahir untuk menjadi pemimpin perempuan masa depan. Dalam sepanjang perjalanan karir kepemimpinan nya, tak jarang beliau mendapatkan kritikan-kritikan yang cukup tajam, namun kerap kali kritikan tersebut dijawab dengan kinerja dan prestasi. Kita tidak bisa menutup mata dari keberhasilan kepemimpinan beliau, mulai dari menjadi pengurus DPP KNPI, Partai Politik, hingga Lembaga Tinggi Negara seperti Kementerian Koordinator dan DPR-RI.

Sebagai Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan memimpin orkestrasi beberapa kementerian teknis yang berada di bawahnya untuk mewujudkan program Revolusi Mental, yang menjadi gagasan utama yang diusung oleh pasangan capres Jokowi-JK pada pemilu 2014 silam. Mewujudkan revolusi mental bukanlah upaya yang mudah dan sebentar, melainkan perjuangan yang terus menerus untuk mewujudkan Indonesia maju dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), optimisme mewujudkan karakter manusia Indonesia yang baru, berkebudayaan serta berkualitas tinggi menyebar ke seluruh negeri, menyentuh berbagai lapisan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Ia memulai revolusi mental dari diri dan keluarganya sendiri. Meski menjabat sebagai pejabat tinggi negara, Puan selalu meluangkan waktu yang berkualitas untuk keluarganya. Mengajarkan nilai-nilai keluhuran dari kebudayaan Indonesia kepada anak-anaknya menjadi hal yang dianggap paling mendasar sebagai akar terwujudnya manusia Indonesia baru.

Menurutnya, revolusi mental harus dimulai dari unit terkecil di masyarakat, yaitu keluarga. Saat menjadi menko PMK, Puan meluncurkan program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) untuk mendukung kesejahteraan keluarga di Indonesia. Program tersebut terus berkembang hingga saat ini dengan membawa semangat revolusi mental sebagai arus utama perubahan.

Secara politik, Puan Maharani langsung dimentori oleh orang-orang yang paling penting dalam sejarah Republik ini, yaitu Ibu dan Bapaknya. Puan memasuki panggung politik Indonesia tanpa ragu-ragu dan percaya diri. Pemilu 20144 menjadi salah satu momentum yang cukup menantang dalam perjalanan karirnya, partai mempercayainya untuk menjadi motor pemenangan pemilu yang selanjutnya mengubah lanskap politik di Indonesia. Hasilnya fantastis, PDI Perjuangan menjadi partai pemenang pemilu dengan perolehan suara mencapai lebih dari 18%. Tidak berhenti sampai disitu, sebagai Badan Pemenangan Pemilu Presiden 2014, cucu proklamator tersebut juga berhasil memenangkan pasangan capres Jokowi-JK sebagai Presiden ke & Indonesia. Pada Tahun 2019, Puan kembali berhasil memenangkan Presiden Jokowi untuk periode kedua, sebagai Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional bersama Jusuf Kalla, Tri Sutrisno, dan sederet politisi senior lainya.

Puan Maharani melengkapi rekam jejak kepemimpinan nya dengan menjadi Ketua DPR RI perempuan pertama dan termuda sepanjang sejarah republik. Beliau juga membawa semangat revolusi mental ke lembaga legislatif ini dengan menjadikan DPR sebagai lembaga yang terbuka akan kritikan dan menjunjung tinggi kebebasan berpendapat secara bermartabat dan demokratis. Selanjutnya, meski berasal dari partai yang sama dengan Presiden Jokowi, tak jarang Puan memberikan kritik yang membangun kepada pemerintah, khususnya dalam upaya penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia. Salah satunya dengan meminta pemerintah untuk terbuka akan data terkait kondisi yang terjadi hari ini. Serta memperingatkan pemerintah untuk tidak terlambat mengambil kebijakan yang disebutnya “rem darurat” tersebut.

Warisan Kepada Generasi
Sepak terjang tokoh perempuan satu ini akan menjadi inspirasi, khususnya bagi kaum perempuan Indonesia untuk tidak hanya berpartisipasi dalam politik, tetapi juga menciptakan gebrakan-gebrakan yang baik untuk kemajuan negeri. Selanjutnya Puan Maharani akan menjadi role model politisi perempuan di Indonesia yang tidak hanya berhasil di legislatif, tetapi juga berprestasi di tingkat eksekutif. Sejarah akan mencatat bahwa, dinamika politik Indonesia modern telah memberikan tempat kepada perempuan yang secara terus menerus mengkampanyekan nilai-nilai luhur Pancasila dan berkebudayaan Indonesia. Tanpa berpegang pada budaya, Indonesia akan memasuki fase kehilangan identitas, dan bangsa yang besar adalah yang menjunjung tinggi sejarah bangsanya. Gagasan ini akan menjadi warisan kepada anak cucu sebagai pemegang tongkat estafet perjuangan bangsa Indonesia.

REZA MAULANA
Peneliti Bidang Sosial dan Politik
Political Economy and Policy Study (PEPS)
Email: reza.remoll@gmail.com
Phone: +62-852-6027-9292

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.