Press "Enter" to skip to content

Krisis Ukraina Makin Tegang, NATO Ancam Bekukan Aset Rusia

Ketegangan di Ukraina semakin memuncak awal pekan ini. ”Hari Rabu 16 Februari 2022 adalah hari penyerangan”, tulis Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam akun Facebook miliknya. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memerintahkan Kedutaan Besar AS dipindahkan dari Ibukota Kyiv ke kota Lviv yang jauhnya sekitar 547 kilometer dekat perbatasan Polandia. Pemindahan itu dilakukan untuk menyelamatkan para diplomat AS dan stafnya yang bertugas di Ukraina.

Menurut harian Wall Street Journal, seluruh jaringan dan peralatan komputer dihancurkan dan sistem jaringan telepon Kedubes AS telah dimatikan, agar seluruh rahasia dan kegiatan AS tak jatuh ke tangan Rusia. Langkah AS itu dilakukan menyusul agresi militer Rusia yang semakin jauh masuk ke Ukraina. Rusia mengerahkan 130 ribu ke perbatasan Ukraina untuk mengimbangi kekuatan Ukraina yang mengerahkan 250 ribu personil. Tak cuma itu. Rusia juga mengerahkan 1200 tank, jet tempur dan sistem pertahanan udara S-400 untuk melakukan patroli udara.

Ketegangan Moscow dengan Kyiv berawal tahun 2014 tatkala Rusia mencaplok jasirah Crimea, di selatan Ukraina. Rusia mendukung kelompok pemberontak Ukraina yang hendak memisahkan diri dari Ukraina. Perjanjian damai yang diteken di Minsk setahun kemudian, 2015 berhasil menghentikan ketegangan antara dua negara yang awalnya berada di bawah bendera Uni Soviet.

Tapi, perjanjian damai itu tak juga berhasil menetapkan langkah apa saja yang dapat diselesaikan keduanya. Dan hal ini berlarut hingga tahun 2021 lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin berkeras bahwa Ukraina adalah bagian dari Rusia, karena mayoritas penduduknya berbahasa Rusia. Namun jalan buntu menyebabkan Rusia melakukan penyerangan kembali. Kali ini dengan kekuatan militer lebih besar. Upaya dialog antara Presiden AS Joe Biden dengan Presiden Vladimir Putin pekan lalu tidak menghasilkan jalan ke luar.

Banyak pengamat memperkirakan apapun yang akan terjadi, ketegangan dewasa ini diharapkan tidak sampai menyebabkan Perang Dunia Ketiga. Para pejabat militer Ukraina tidak melihat adanya serangan militer pekan depan. Pakta pertahanan Atlantik Utara, NATO tidak bersedia menurunkan pasukannya menyelesaikan kasus Ukraina ini.

Untuk meredakan krisis ini, negara-negara Eropa dan AS akan melakukan pembekuan aset para pejabat Rusia – termasuk aset Presiden Vladimir Putin. ”Lebih keras dibandingkan sejumlah pembekuan aset sebelumnya,” tulis harian Inggris The Telegraph.

10 Februari lalu, Inggris mengeluarkan sebuah legislasi baru yang memperluas langkah pembekuan aset-aset Rusia. Termasuk kekayaan para elit Moscow yang dekat dengan Pemerintah Kremlin. Tentu saja termasuk aset dan kekayaan Presiden Vladimir Putin yang diperkirakan mencapai $ 200 miliar lebih atau sekitar Rp 3 ribu trilyun, yang disimpan di sejumlah bank Eropa, Swiss dan AS. (DP)

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.