Press "Enter" to skip to content

Gas Ramah Rp 25 Ribu Sepuasnya Sebulan di Desa Pegundungan, Purwokerto, Jateng

Di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah terdapat sebuah daerah yang memanfaatkan gas rawa atau Biogenic Shallow Gas (BSG), tepatnya di Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran. Gas rawa tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang warga bernama Misrodin pada tahun 1999. Penemuan tersebut dikelola sendiri oleh Misrodin dengan teknologi yang masih manual. Meyakini bahwa peristiwa ini mungkin akan sangat bermanfaat di masa mendatang, penemuan inipun kemudian dikembangkan dengan pemasangan teknologi yang lebih modern.

Misrodin, penemu gas rawa (Foto: Muji Prast)

Kepala Desa Pegundungan, Murti, menjelaskan bahwa para ahli telah datang untuk melihat dan melakukan penelitian selama kurang lebih 2 tahun. Diperkirakan dari sumber sumur yang ada, dapat mencukupi kebutuhan gas masyarakat hingga 25 tahun. Saat ini terdapat 2 sumur yang telah dikelola, yang artinya dapat digunakan hingga 50 tahun lamanya. 

“Di Pegundungan telah ditemukan 10 titik sumber gas alam, namun belum dikelola maksimal sebagai sumber cadang energi. Sumber sumur rawa sendiri memiliki kedalaman 8 meter, dibagi dengan 5 pipa atau lubang bor dengan masing-masing kedalaman 8 meter, 6 meter hingga paling dangkal 2 meter,” terang Kades Murti.

Kades Murti menambahkan, bahwa pemasangan instalasi gas rawa sangat membantu warga di Desa Pegundungan, karena biasanya untuk warga sendiri untuk kebutuhan pemakaian gas LPG satu rumah empat tabung.

“Jadi harga elipiji tabung 3 kiloan di sini 25 ribu kalau 4 itu sudah 100 ribu. Sedangkan untuk pemakaian gas rawa ini, mereka hanya dibebani biaya untuk Badan Usaha Milik Desa  (BUMDes)  25 ribu dan pemakaian itu tanpa batas. Jadi, ini benar-benar sangat luar biasa dan warga merasa sangat terbantu dengan adanya gas rawa ini” tutur Bu Murti.

Sementara itu Sekdes Pegundungan, Imam, menjelaskan tentang tahapan-tahapan gas rawa bisa dimanfaatkan hingga sampai ke rumah warga. Melalui pipa-pipa yang telah terpasang, masuk ke separator atau tabung penampung untuk menyaring antara gas dan air melalui kran yang telah dipasang. Proses penyaringan biasanya dilakukan 2 atau 3 hari sekali. 

“Di tempat penampungan ada alat otomatis yang berfungsi untuk menyalakan 3 kompresor, gas akan disedot melalui 3 mesin yang digunakan selanjutnya ditampung di 2 tabung lain dengan tekanan 8 bar. Setelah ditampung dengan tekanan 8 bar, maka akan didorong ke instalasi rumah warga melalui kran dengan tekanan 2 bar agar instalasi rumah warga lebih aman,” terangnya.

Instalasi BSG di salah satu rumah Desa Pegundungan. (Foto: Muji Prast)

Menurutnya, BSG di Desa Pegundungan saat ini sudah dialirkan dan digunakan warga di 25 rumah. Setidaknya masih ada sekitar 138 rumah yang belum terpasang instalasi BSG. Instalasai BSG telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Saat peresmian tersebut, dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah berkomitmen akan membantu pemasangan instalasi di 100 rumah. 

“Ada 138 KK lagi yang akan menggunakan maka semua ter-cover. Nanti akan dibantu dari Dinas ESDM provinsi sebanyak 100 rumah, sisanya nanti dari desa. Lumayan dengan BSG tidak akan ada lagi uang yang dikeluarkan untuk beli elpiji, karena di sini sudah disediakan,” bebernya.

Pengelolaan gas alam atau gas rawa ini dilakukan oleh BUMdes Desa Pegundungan yaitu BUMDes “Makaryo Sung Tulodo”, dengan sistem pengelolaanya yaitu warga memberikan iuran Rp. 25.000 setiap bulan. Jumlah ini sudah relatif ringan dan sama sekali tidak memberatkan warga.

 “Saya berterimakasih kepada pihak desa Pegundungan yang sudah membantu adanya gas rawa ini, sehingga kami warga Pegundungan dapat memasak dan lainnya dengan adanya gas rawa ini,” ucap Bu Yati salah satu warga desa pegundungan yang merasa terbantu dengan pemanfaatan gas rawa yang ekonomis sehingga mengurangi pengeluaran untuk keperluan dapur.

Pemanfaatan Biogenic Shallow Gas (BSG) Desa Pegundungan diharapkan menjadi spirit desa mandiri energi. Hal itu juga dapat menginspirasi wilayah lain di Jawa Tengah, untuk memanfaatkan energi serupa. 

“Saya senang spirit desa mandiri energi bisa diwujudkan. Di tanah kita yang kita injak ternyata ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan yaitu gas,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat itu seusai meninjau dan meresmikan separator Biogenic Shallow Gas di Desa Pegundungan, Pejawaran, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Semoga terus ada penemuan baru lainnya yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa kita. Sebab kekayaan alam yang berlimpah, tinggal bagaimana kita mengelolanya. (Toni RM)

Toni Riyamukti
* Penulis dan Aktivis Sosial di Purwokerto. Saat ini sedang menempuh Pendidikan S3, Program Doktor Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.