Press "Enter" to skip to content

‘Pemberontakan Bulan Juni’ di Academy of Music, Philadelphia

Oleh: Jean Gerardino

Tenang, tidak terjadi apa-apa di Philadelphia. Judul itu hanya latar belakang suasana yang terjadi di novel ‘Le Misrable’ karya penulis Perancis Victor Hugo. Kemudian, Cameron Mackintosh mengadaptasi novel ini ke dalam drama musikal dan digelar pertama kali di teater West End, London, pada bulan Oktober 1985. Sejak itu Les Mis menjadi pertunjukan musikal terlama yang masih dipentaskan. Menyusul sukses di London pada tanggal 12 Maret 1987, Les Mis pentas perdana di Broadway Theatre New York dan digelar 6680 kali sebelum berakhir pada 18 Mei 2003. Dalam rangka North American Tour drama musikal ini manggung di Philadelphia sejak tanggal 2-11 November 2022.

Les Misérables berkisah tentang Jean Valjean,  petani yang dihukum penjara lima tahun karena mencuri roti untuk saudara perempuan dan keponakannya yang kelaparan. Karena mencoba kabur hingga 14 kali masa hukumannya ditambah 14 tahun sehingga ia harus mendekam di balik jeruji besi total sembilanbelas tahun. Selama di penjara para tahanan tidak dipanggil nama tapi berdasarkan nomor. Valjean adalah pesakitan dengan nomor 24601.

Setelah menjalani masa tahanannya, Valjean memperoleh pembebasan bersyarat. Petugas penjara yang menangani pembebasannya bernama Javert. Sayangnya karena seorang mantan narapidana, dia ditolak di manapun, tidak punya pekerjaan dan tempat tinggal. Hanya seorang uskup bernama Myriel yang menampung Valjean bermalam di kediamannya. Tapi kebaikan Myriel dibalasnya dengan mencuri perkakas rumah yang terbuat dari perak lalu kabur. 

Malang polisi berhasil menangkapnya kemudian membawa Valjean ke rumah Myriel di mana sang uskup membela Valjean dengan berbohong bahwa peralatan perak adalah pemberiannya untuk Valjean. Setelah kejadian itu Valjean bertekad untuk mulai hidup baru di jalan yang benar. Delapan tahun berlalu sudah, Valjean melanggar pembebasan bersyaratnya karena  berganti nama menjadi Monsieur Madeleine dan mempunyai pabrik serta kedudukan sebagai walikota. Salah seorang pekerja pabriknya yang bernama Fantine mempunyai anak di luar nikah. 

Ketika pekerja lain tahu mereka mendesak supaya Fantine dipecat. Terdesak kebutuhan biaya pengobatan anak perempuannya akhirnya Fantine menjual kalung liontin, rambut serta menjadi wanita penghibur. Sekali waktu ia terlibat perkelahian dengan seorang calon tamunya dan Javert yang saat itu sudah menjadi inspektur polisi berniat menahan Fantine di penjara. Mengetahui berita ini sang walikota memerintahkan Javert untuk membebaskan Fantine dan membawanya ke rumah sakit.

Di kesempatan lain walikota Madeleine menolong seorang warganya yang terhimpit pedati. Javert kebetulan menyaksikan kejadian tersebut dan mengingatkannya pada kekuatan seorang narapidana bernomor 24601. Ia berkata kepada walikota bahwa seorang Jean Valjean baru saja ditahan. Madeleine tidak  ingin seorang yang tidak bersalah ditahan karena dirinya. Kepada Javert ia mengaku bahwa dialah Jean Valjean, tahanan bernomor 24601. Sebelum ditahan Valjean meminta ijin untuk menjenguk Fantine di rumah sakit. Kepada Fantine yang sudah mendekati ajal Valjean berjanji untuk mencari dan merawat anak perempuan Fantine yang bernama Cosette. Begitu Javert hendak menahannya Valjean berhasil lolos dan menemukan Cosette yang diperlakukan tidak manusiawi oleh pasangan suami istri Thénardier. Valjean memberikan sejumlah uang kepada mereka dan membawa pergi Cosette ke Paris.

Pada tahun 1832 terjadi kerusuhan di Paris, yang disebut Pemberontakan Bulan Juni, saat sekelompok bangsawan berusaha mengembalikan pemerintahan ke sistem kerajaan yang ditentang oleh kaum republiken yang dimotori para mahasiswa. Saat keadaan kota mencekam sekelompok penjahat jalanan dipimpin  Thénardier dan istrinya berusaha menyerang Valjean dan Cosette. Beruntung mereka ditolong Javert yang saat itu tidak mengenali Valjean. Seorang mahasiswa bernama Marius jatuh hati kepada Cosette dan minta bantuan Eponine, anak Thénardier, untuk mempertemukannya dengan Cosette. Akhirnya mereka bisa bertemu dan Eponine menggagalkan usaha perampokan yang hendak dilakukan kelompok  Thénardier di rumah Jean Valjean. Merasa Javert mengintai rumahnya Valjean membawa Cosette pergi mengungsi keluar dari Paris.

Saat prosesi pemakaman Jenderal Lamarque, seorang figur pejabat yang memihak rakyat kecil, para mahasiswa membangun barikade dan tidak mengindahkan peringatan tentara untuk menyerah atau mati. Pertempuran pun pecah dan Eponine terbunuh. Javert tertangkap mahasiswa dan identitasnya sebagai polisi terbongkar. Valjean yang kembali ke Paris datang ke barikade mahasiswa untuk menemui Marius. Ia diberikan kesempatan untuk membunuh Javert tapi malah melepaskannya pergi. Keesokan harinya pertempuran kembali pecah dan seluruh mahasiswa tewas kecuali Marius yang terluka parah dan diselamatkan Valjean lewat selokan bawah tanah kota Paris. 

Valjean kembali bertemu Javert dan ia minta waktu untuk membawa Marius ke rumah sakit. Sang polisi membiarkan Valjean pergi. Segala prinsip keadilan lurus kaku yang dijunjungnya  diremukkan oleh rasa kasih dan pengampunan yang ditunjukkan Valjean. Tidak sanggup menghadapi kenyataan ini Javert lalu bunuh diri.

Marius yang sudah sembuh dalam perawatan Cosette akhirnya tahu siapa penolongnya. Sebelum tutup usia kepada mereka berdua Valjean membeberkan masa lalunya dan juga cerita tentang kehadiran Cosette dalam hidupnya. 

Hari Minggu 4 November pukul 12 siang lebih sedikit penulis tiba di depan Academy of Music, Philadelphia. Sudah terlihat antrian penonton yang mengular hingga pintu keluar. Kios merchandise yang menjual mulai dari kaus, poster hingga tas bertema Les Mis juga ramai dirubung pembeli. Lukisan seorang anak perempuan yang sedang menyapu dihasilkan dari goresan kuas ilustrator Perancis, Émile Bayard, menjadi sampul buku cetakan tahun 1886. Di kemudian hari potret Cosette, demikian nama anak perempuan tersebut, menjadi ikon pertunjukan drama musikal ini. 

Tepat pukul satu siang tirai panggung terbelah dan pertunjukan dimulai. Tata suara, cahaya dan dekor panggung yang prima sangat mendukung pementasan musikal ini. Kualitas vokal dan stamina para pemeran utama juga patut diacungi jempol mengingat mereka melakukan pementasan sejak tanggal 2 hingga 13 November dan ada saat di mana dalam satu hari pementasan digelar dua kali siang dan sore. 

Patut dicatat pada tahun 2012 drama musikal ini diangkat ke layar perak di mana Hugh Jackman memerankan Jean Valjean, Anne Hathaway dan Russel Crowe sebagai Fantine dan Javert. Film ini mendapatkan delapan nominasi Academy Awards dan berhasil meraih Oscar untuk tiga kategori, salah satunya Anne Hathaway untuk Best Supporting Actress.

Salah satu adegan yang sangat mengesankan adalah saat di mana Hathaway menyanyikan “I Dreamed a Dream” yang berhasil meluluh lantakkan perasaan penonton. Tak terkecuali di pementasan kali ini pun saat Fantine yang diperankan salah seorang artis Broadway, Haley Dortch, melantunkan ‘’I Dreamed a Dream’’ suasana hening yang muram terasa mencengkeram tiap kursi yang terisi. Dari tiap sudut terlihat tidak sedikit yang mengusap mata mereka merasakan kesedihan seorang Fantine yang tergambar dari lirik di bawah ini.

But the tigers come at night

With their voices soft as thunder

As they tear your hope apart

As they turn your dream to shame

He slept a summer by my side

He filled my days with endless wonder

He took my childhood in his stride

But he was gone when autumn came

And still I dream he’ll come to me

That we will live the years together

But there are dreams that cannot be

And there are storms we cannot weather

I had a dream my life would be

So different from this hell I’m living

So different now from what it seemed

Now life has killed the dream

I dreamed.

 

Menyandang sebutan sebagai drama musikal paling populer di seluruh dunia bukanlah isapan jempol belaka. Selesai babak pertama penulis hanya bisa terperenyak sejenak. Aksi panggung para pemain tidak berlebihan jika dikatakan sangat luar biasa. Pesan-pesan yang terkandung dalam drama ini;  cinta, keberanian. pengorbanan, kasih sayang, dan pengampunan, tersampaikan dengan jelas ke penonton. Tidaklah mengherankan ketika babak kedua berakhir standing ovation panjang bergema hampir empat menit di teater opera tertua di Amerika Serikat yang dibangun antara tahun 1855 hingga 1857.

Saat kaki melangkah keluar di sore yang sejuk di penghujung musim gugur, masih terngiang nyanyian para mahasiswa dan rakyat jelata saat mereka bertahan di barikade dari gempuran tentara. (Artikel & Foto: Jean Gerardino)

Do you hear the people sing?

Singing the song of angry men?

It is the music of the people

Who will not be slaves again!

When the beating of your heart

Echoes the beating of the drums

There is a life about to start

When tomorrow comes!

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.