Kaum wanita Saudi tidak boleh dipaksa mengenakan abaya hitam, jilbab warna hitam yang menutupi seluruh tubuh karena tidak diatur dalam Syariah Islam. Hal itu dijelaskan oleh Pangeran Mohammad bin Salman dalam wawancara dengan Stasiun televisi CBS Ahad (18/3/2018).
‘’Hukumnya jelas dan telah diatur dalam Syariah: Wanita diminta mengenakan pakaian yang layak dan terhormat seperti kaum pria,’’ kata Pangeran Mohamad Salman dalam wawancara itu. ‘’Artinya, tidak harus mengenakan abaya hitam sampai menutupi kepalanya,’’ sambungnya. ‘’Semuanya terserah pada kaum wanita untuk memilih pakaian yang dianggap sopan dan terhormat,’’ tambah Pangeran Mohammad, pewaris utama Tahta Kerajaan Arab Saudi.
Ketika ditanya, apakah kaum wanita dan pria Saudi memiliki kedudukan dan posisi yang sama? Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi itu menjelaskan: ‘’Kami semua adalah umat manusia, dan tidak memiliki perbedaan,’’ kata Pangeran Mohammad Salman. Ia juga menambahkan bahwa pemerintahannya tengah menyusun sebuah inisiatif baru untuk memperkenalkan pemberian gaji yang sama antara kaum wanita dan pria. Bahkan, ”Saudi membuka sejumlah kursus mengemudi bagi wanita dan kaum pria,” lanjut Putra Mahkota Kerajaan Saudi berusia 32 tahun itu.
Sebelumnya pada Februari lalu, seorang ulama Saudi menyuarakan hal yang sama. ‘’Lebih dari 90 persen kaum Muslimah di negara-negara Muslim di dunia tidak mengenakan abaya,’’ kata Sheikh Abdullah al-Mutlaq, salah satu anggota Dewan Ulama Senior Saudi dalam salah satu siaran radio.
Pangeran Mohammad Salman mengungkapkan, Revolusi Iran pada 1979 menyebabkan ‘’Arab Saudi menjadi korban intoleransi. Rezim Ayatollah Khomeini membangun sebuah teokrasi di Teheran,’’ katanya dalam wawancara dengan Stasiun Televisi CBS. Putra Mahkota Kerajaan Saudi juga menolak bahwa Arab Saudi dewasa ini adalah ‘’benar-benar’’ Arab Saudi.
‘’Kami hidup normal seperti halnya di negara-negara Teluk lainnya,’’ katanya. ‘’Kaum wanita bisa mengemudi mobil. Ada gedung bioskop di Arab Saudi. Kaum wanita bisa bekerja di mana pun. Sebelumnya, kami adalah rakyat biasa dari sebuah negara sedang berkembang di dunia, sampai terjadi peristiwa Revolusi Islam Iran 1979’’. ungkapnya.
Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi ini juga menambahkan, kelompok ekstrim Saudi yang melarang kaum pria dan wanita berinteraksi. ‘’Hal itu sangat berlawanan dengan cara hidup yang dijalankan selama Nabi Muhammad dan murid-muridnya,’’ kata Pangeran Mohammad Salman.
Be First to Comment