Press "Enter" to skip to content

Amerika Serikat Sedang Mengalami ‘Krisis Santa Claus’ ….

Ya. Amerika sedang mengalami krisis Sinterklas. Tokoh berjenggot putih yang dikenal dengan panggilan Santa Claus itu kekurangan personil yang mampu menggantikannya di Hari Natal 2022 nanti. Terutama pada saat Malam Natal pada 24 Desember 2022.

The International Brotherhood of Real Bearded Santas, IBBRS, sebuah organisasi perkumpulan pemeran Santa Claus menyebutkan, krisis itu terjadi gara-gara pandemi Covid-19 yang menggemparkan dunia, akhir tahun 2019 lalu. ‘’Anggotanya menurun hingga 1.400 dari 2000 orang dari tahun-tahun sebelumnya,’’ tutur Peter Bond, salah satu pengurus IBBRS. ‘’Sebanyak 65 orang di antaranya meninggal dunia akibat Covid-19,’’ lanjut Peter Bond, yang menjadi tokoh Sinterklas sejak usia 15 tahun kepada harian nj.com

Jumlah itu tidak mampu mencukupi kebutuhan Sinterklas di sejumlah perayaan yang digelar di AS. Lebih-lebih, menurutnya, kini banyak karakter baru yang dituntut warga  AS, seperti Mrs. Claus, Elves (kurcaci pendamping Sinterklas). ‘’Permintaannya naik 30 persen tahun lalu atau 125 persen dari tahun 2019,’’ tutur Mitch Allen, pendiri perusahaan ‘Hire Santa’ di Texas. Karakter Sinterklas juga mengalami inovasi seperti Bu Sinterklas atau Sinterklas Berkulit Hitam, ‘’Bahkan ada ‘Deaf Santa’, Sinterklas berbahasa Spanyol dan Sinterklas Wanita,’’ lanjut Mitch Allen. Gara-gara kekurangan personil, banyak perusahaan penyedia karakter Sinterklas membuka lowongan untuk kebutuhan tahun 2023.

Tarif seorang pemeran Sinterklas berkisar mulai $ 250 per jam atau sekitar Rp 3.750.000, dan untuk setengah jam sebesar $ 150 atau Rp 2.250.000. Tarifnya memang mahal karena masing-masing pemeran perlu setengah jam menghias diri, belum lagi harga kostum yang mereka kenakan, plus jenggot dan kumis putih serta topi dan atribut lainnya.

Mereka tidak hanya berpose bersama bocah di pangkuannya, tetapi juga bercerita dan membagi-bagi hadiah bagi para bocah agar tidak nakal. Hadiah itu bukan dari Sinterklas tentu saja, melainkan masing-masing orang tua yang menaruhnya di bawah pohon natal, saat putra putrinya tidur lebih awal malam sebelumnya. Santa Claus digambarkan datang membawa setumpuk hadiah di atas kereta salju yang ditarik belasan rusa kutub, dari rumahnya di Kutub Utara.

Cerita aslinya lain sama sekali. Santa Claus adalah adaptasi tokoh Sinterklas dari Belanda. Tokoh bernama asli Nicholas ini lahir dari sebuah keluarga kaya di Patara, Turki, tahun 300-an. Ia kemudian diangkat menjadi Uskup di Myra, Turki karena sering melakukan keajaiban saat mudanya. Ia sempat hijrah ke Mesir dan Palestina, serta mampu berjalan di atas air dan menyelamatkan para nelayan. 

Kisah itu kemudian berkembang di Belanda sebelum diadaptasi ke AS yang penduduknya mayoritas beragama Kristen, menjadi Santa Claus. Tokoh berjenggot putih, bertubuh tambun dan berpakaian merah itulah yang membawa hadiah bagi bocah yang manut dengan pandangan mata tak berdosa seperti mata kelinci. ‘’Ho…Ho… Ho…’’ teriak Santa Claus menyapa mereka. (DP)

 

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.