Press "Enter" to skip to content

Pengalaman Gardika Gigih Latihan Bareng Gamelan Kusuma Laras di New York

Oleh: Gardika Gigih

Sebulan terakhir ini, rasanya saya makin terbawa dengan irama New York yang cepat dan sibuk, dan menjadi ikut grusa-grusu. Ada sedikit kegelisahan yang menggelayut dalam batin. Pikiran, imajinasi terus berkembang dengan menyaksikan berbagai konser yang luar biasa, mengunjungi berbagai museum dan pameran, dan berbagai aktivitas kultural lain yang menyenangkan. 

Namun di satu sisi, nampaknya saya mulai overwhelmed, kelelahan dan tidak merasa tenang. Setelah beberapa waktu lalu mencari informasi di internet mengenai Gamelan Kusuma Laras yang memiliki jadwal latihan mingguan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di New York, saya memutuskan untuk datang sore ini.

Setelah memakai kemeja batik karena kepingin, saya naik bus M4 dari apartment menuju gedung Konsulat Jenderal Republik Indonesia yang terletak di 5 E 68th St, sebelah Central Park, kira-kira 1,5 km dari Museum Guggenheim. Di depan pintu Konsulat, dua patung batu dewa-dewi menyambut. Setelah menekan bel, saya dipersilakan masuk menuju ruang latihan gamelan oleh salah seorang staf konsulat.

Latihan sudah dimulai. Bunyi gender, kendang, saron, gong, dan sinden terdengar begitu nglaras, menenangkan batin. Setelah gending usai, tiba-tiba saya disambut oleh Pak Harjito dan istri, serta Bu Anne Stebinger. Mereka mengucapkan selamat datang dengan sangat ramah dan bertanya nama saya, kenapa tinggal di New York, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Kami saling berkenalan.

Kebanyakan anggota Gamelan Kusuma Laras adalah warga Amerika, dan dilatih oleh Pak Harjito yang juga mengajar di Wesleyan University, Connecticut, bersama Pak Sumarsam. Malam ini yang hadir latihan ada pula Prof. Marc Perlman yang dikenal dengan bukunya “Unplayed Melody” itu, kemudian Anthony, dan tiga personil lainnya.

Anne Stebinger (kiri) saat manggung bersama Gamelan Kusuma Laras (Foto Istimewa)

Bu Anne yang turut mendirikan kelompok ini bercerita bahwa Gamelan Kusuma Laras diinisiasi pada tahun 1983, dan Pak Harjito mulai mengajar setahun kemudian, sehingga grup gamelan ini sudah 40 tahun! Wow. Malam ini Gamelan Kusuma Laras berlatih beberapa gending, rata-rata gendhing besar. Pak Harjito bercerita bahwa kelompok ini memang lebih gemar belajar dan memainkan gendhing-gendhing besar yang sulit. 

Gamelan Kusuma Laras sudah pentas di berbagai program dan venue, seperti Lincoln Center, the American Museum of Natural History, the Metropolitan Museum of Art, Roulette Intermedium, the Whitney Museum, Symphony Space, Brooklyn Academy of Music, Bard College, Vassar College, Wesleyan University, Princeton University, the Cathedral of St. John the Divine, dan Yogyakarta International Gamelan Festival. Jika ingin lebih jauh mengenai Gamelan Kusuma Laras, rencana pentas dan lainnya, silakan mengunjungi: https://kusumalaras.org/ )

Setelah bercakap-cakap beberapa saat, Bu Anne dan Pak Harjito malah mempersilakan saya untuk ikut latihan, ikut menabuh gamelan. Waduh, senang sekali rasanya. Karena tidak begitu piawai bermain gamelan, saya memilih untuk bermain saron saja, memainkan balungan.

Gendhing berikutnya yang dilatih adalah “Nerawang”, sebuah karya Pak Harjito yang dibuat tahun 2000 di Middletown, Connecticut, namun baru kali ini dilatih bersama Gamelan Kusuma Laras di sini. Wah senang sekali berkesempatan ikut latihan karya ini. Dibuka dengan alunan gender dan rebab yang dimainkan oleh Pak Harjito, kami mulai bermain bersama. 

IM Harjito bersama mahasiswa AS (Foto koleksi IM Hardjito)

Gendhing ini terasa sangat indah dan menenangkan. Sesuai judulnya, “Nerawang”, gendhing ini membuat saya melamun jauh. Suara sinden Mbak Anne Stebinger juga terdengar merdu sekali, sudah terdengar seperti orang Jawa bernyanyi. Saya malah lupa bertanya bagaimana Mbak Anne belajar menyinden. (jika ingin mendengarkan karya-karya Pak Harjito, bisa mengunjungi website Nusantara Arts berikut: https://nusantaraarts.com/compositions-of-i-m-harjito/ )

Karya berikutnya yang dilatih yakni Ketawang gendhing ‘Sumedhang’, kethuk 2 kerep mminggah ladrang ‘Kapidhondhong’, laras pelog pathet nem. Dilanjutkan dengan Gendhing ‘Luber’, kethuk 2 kerep minggah 4 kalajengaken ladrang ‘Gadhung Mlathi’, laras slendro pathet sanga. Irama demi irama mengalir, membuat batin saya yang sebulan ini semakin grusa-grusu mengikuti irama kota New York menjadi semeleh dan tenang. Akhirnya saya merasakan lagi atmosfer ‘waktu Jawa’… Saya menemukan kekuatan dan keyakinan batin yang sulit untuk dijelaskan.

Usai berlatih gendhing-gendhing, kami bercakap-cakap kembali. Pak IM Harjito dan Bu Anne banyak bercerita mengenai aktivitas Gamelan Kusuma Laras, dan sesekali juga bercerita mengenai kenangan tentang Solo, sebab dulu Pak Harjito merupakan alumni angkatan pertama ASKI Solo (Akademi Seni Karawitan Indonesia), yang sekarang menjadi ISI Surakarta. Pak Harjito dan istri kemudian juga mengundang saya untuk datang ke Wesleyan University. Ada pentas Gamelan nanti tanggal 4 Mei di sana. Wah, saya senang sekali dan akan datang!. 

Setelah berlatih beberapa gendhing dan jam menunjuk pukul setengah sembilan, latihan Gamelan Kusuma Laras usai. Di meja sudah ada makanan masakan Indonesia, telur balado, tahu, nasi dan sayur yang dimasak oleh Mbak Uchi dari konsulat. Saya malah dipersilahkan untuk turut makan malam bersama.

Gardika Gigih (Foto: Jean Gerardino)

Wah terima kasih banyak untuk semua keramahan dan kebaikan ini. Saat makan, kami juga lanjut bercakap-cakap, antara lain mengenai buku Unplayed Melody dari Prof. Marc Perlman. Pak Marc banyak bercerita mengenai pengalaman penelitian gamelannya di Surakarta dan Yogyakarta. Terdengar seru sekali.

Malam semakin larut, akhirnya kami saling berpamitan untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dalam perjalanan bus M4 menuju i-House, saya melamun tentang nusantara, dunia, multikulturalisme, dan empati. Batin saya menjadi lebih tenang dan percaya akan hal-hal baik kedepan. Maturnuwun Gusti. (Penulis: Gardika Gigih, fellow of Asian Cultural Council New York Fellowship 2023)

 

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Mission News Theme by Compete Themes.