Dugaan gratifikasi jet pribadi yang ditumpangi Kaesang Pangarep dan Erina Gudono ke Amerika Serikat tak hanya membuat kehebohan di tanah air, namun mengalir jauh hingga ke negara Paman Sam.
Pada edisi Minggu 15/ 9,The Daily Pennsylvanian menurunkan berita bertajuk: Masyarakat Indonesia Desak Universitas Pennsylvania Cabut Beasiswa Menantu Presiden.
Ini menandai babak baru pemberitaan terkait kasus gratifikasi jet pribadi yang sedang membelit pasangan anak dan menantu presiden Jokowi sejak Juli lalu itu. Untuk pertama kalinya media di Amerika Serikat mengangkat perkara yang berhubungan dengan sang menantu presiden.
Media independen yang dikelola mahasiswa University of Pennsylvania itu memberitakan sejumlah orang Indonesia telah mendesak pihak universitas mencabut beasiswa Program Pendidikan Kebijakan Publik yang diberikan kepada Erina Gudono.
Meski tak secara langsung mengaitkan dengan kasus dugaan gratifikasi jet pribadi, namun pemberian beasiswa itu ditengarai berhubungan dengan latar belakang Erina Gudono sebagai menantu seorang presiden. Sejumlah warga Indonesia di Amerika menganggap tidak ada sesuatu yang istimewa hingga finalis Putri Indonesia 2022 itu memperoleh beasiswa, kecuali sebagai istri Kaesang.
Sebelumnya, para netizen mengkritik unggahan Erina Gudono yang mengumumkan ihwal dirinya memperoleh beasiswa di Upenn. Netizen juga mendesak pihak universitas agar mempertimbangkan kembali atau membatalkan pemberian beasiswa kepada Erina Gudono.
Sementara itu, Patricia Kusumaningtyas, lulusan Columbia University, yang diwawancara The Daily Pennsyvanian menuturkan, gelombang kritik atas beasiswa Erina Gudono dipicu oleh gaya hidupnya yang mewah. Juga, ketidakpekaannya pada situasi sosial politik di Indonesia yang sedang memanas akibat kebijakan pemerintah yang dinilai jauh dari semangat reformasi.
Patricia Kusumaningtyas menekankan agar Erina “Seharusnya diberi kebebasan untuk menuntut ilmu lebih tinggi,” katanya. Patricia juga mengingatkan
agar Upenn “Mempertimbangkan lebih jauh calon penerima beasiswa, yang tangannya ternoda isu-isu hak asasi manusia dan kehidupan demokrasi di negerinya sendiri,” ujarnya.
Hingga tulisan ini diterbitkan, belum ada komentar dari Erina Gundono maupun pihak universitas. (BS/DP)
Be First to Comment