Press "Enter" to skip to content

Jajak Pendapat Terbaru: Ungkap Preferensi Politik Pemilih AAPI (Asian American and Pasific Inlander) pada Pemilu November 2024

Lembaga nirlaba AAPI Data dan Asian and Pacific Inlander American Vote (APIAVote) merilis hasil jajak pendapat terhadap orang-orang keturunan Asia dan Pasifik Amerika—yang pertama dilakukan sejak wakil presiden Kamala Harris maju menjadi calon presiden dari partai Demokrat, menyusul pengunduran diri Joe Biden dari bursa pencalonan.

Dalam survei National Opinion Research Center (NORC) yang dilakukan pada 3 -9 September 2024 itu, Kamala Harris unggul 38 persen di atas Donald Trump. Hasil penyigian lembaga survei independen yang diumumkan melalui keterangan pers virtual itu, menunjukkan kenaikan tingkat elektabilitas Harris sejak  Asian American Voters Survey (AAVS) merilis hasilnya Juli lalu.

Sebanyak 66 persen pemilih Asia Amerika menyatakan akan memilih Harris, dan 28 persen bakal mendukung Trump. Sementara 6 persen pemilih mengatakan belum menentukan pilihan.
Sebagai perbandingan, dalam jajak pendapat yang digelar oleh AAVS pada April – Mei 2024 lalu, sebanyak 46 persen pemilih Asia Amerika mendukung Biden, 31 persen menyokong Trump, dan 23 persen belum
menentukan pilihan. Sementara pada survei yang dilaksanakan pada Juli – September 2020, 54 persen mendukung Biden, 30 persen memilih Trump, dan 16 persen belum memiliki pilihan.

Opini Positif

Dalam jajak pendapat NORC itu, juga ditemukan data Kamala Harris sebagai calon presiden yang paling banyak mendapat opini positif; 62 persen pemilih Asia Amerika mengatakan mereka memiliki opini positif terhadap Harris, dibandingkan 35 persen yang negatif. Terjadi peningkatan sebanyak 10 persen mengingat pada jajak pendapat yang dilakukan oleh AAVS empat bulan sebelumnya, opini positif terhadap Harris berada di angka 42 persen. Di sisi lain, opini negatif mengalami penurunan 7 persen, dari angka sebelumnya yang mencapai 42 persen.

Sementara itu, hanya 28 persen pemilih Asia Amerika yang mempunyai opini positif terhadap Trump, berbanding 70 persen yang negatif. Angka-angka itu tidak jauh berbeda dengan survei Mei – April lalu di mana opini postif untuk Trump sebesar 34 persen, dan negatif 62 persen.

Untuk para calon wakil presiden, Tim Waltz dari partai Demokrat mendapat opini positif sebesar 56 persen di kalangan pemilih Asia Amerika. 18 persen pemilih Asia Amerika mempunyai opini negatif terhadap Waltz, dan 26 persen lainnya tidak memiliki opini. Jajak pendapat itu mengungkapkan hanya 28 persen pemilih Asia Amerika yang memiliki opini positif terhada JD Vance. Calon wakil presiden dari kubu Republik itu mendapat opini negatif sebesar 58 persen, dan yang tidak beropini sebanyak 22 persen.

Tingkat Partisipasi dan Keterjangkauan Kontak Pemilih

Hasil survei itu juga menunjukkan kenaikan sebesar 9 persen untuk tingkat partisipasi pemilih Asia Amerika, dari 68 persen pada jajak pendapat April – Mei lalu, menjadi 77 persen. Namun angka itu lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat partisipasi saat pemilu empat tahun lalu yang mencapai 82 persen.
Sementara untuk tingkat keterjangkauan kontak pemilih, 62 persen pemilih Asia Amerika mengaku telah dikontak oleh partai Demokrat, berbanding 46 persen yang dihubungi oleh partai Republik. Pada survei sebelumnya, pemilih Asia Amerika yang dikontak oleh partai Demokrat sebesar 45 persen, dan oleh partai Republik sebesar 38 persen. Dengan demikian, terjadi kenaikan tingkat keterjangkauan kontak pemilih Asia Amerika sebanyak 17 persen di kubu Demokrat, dan penurunan 8 persen di kubu Republik. 27 persen pemilih Asia Amerika mengaku belum pernah dihubungi oleh partai manapun, turun dari angka 42 persen pada survei April – Mei.

Identitas Kamala Harris

Ihwal identitas Harris, hasil jajak pendapat NORC menyingkapkan bahwa 38 persen pemilih Asia Amerika menganggap gender Harris sebagai seorang perempuan adalah sesuatu yang penting, sementara 27 % lainnya memandang etnis Harris sebagai seorang Asia atau Asia Selatan sebagai hal yang lebih utama.

Secara demografis, di Amerika Serikat, warga Asia Amerika tergolong sebagai kelompok pemilih yang tumbuh pesat dalam dua dekade terakhir. Pertumbuhannya mencapai 15 persen hanya dalam kurun waktu empat tahun terakhir, dan telah menjadi penyumbang suara yang cukup signifikan dalam setiap pemilu di tingkat federal sejak 2016.

Pada 2020, lonjakan jumlah pemilih Asia Amerika — terutama para pemilih pemula — di negara-negara bagian yang menjadi medan pertarungan sengit para kandidat, menjadi salah satu kunci kemenangan Biden.

“Data ini mengokohkan apa yang telah kami lihat dan dengar dari komunitas Asia Amerika sejak Juli; kini mereka makin kuat dan bersiap sekali lagi memainkan peran yang menentukan dalam pemilihan umum”, kata Christine Chen, pendiri direktur eksekutif APIAVote.

“Menjadi jelas pula bahwa partai-partai dan para juru kampanyenya tidak bisa lagi mengabaikan atau meremehkan mereka, melainkan mesti melakukan upaya terencana untuk menjangkau dan melibatkan kelompok ini dalam isu-isu yang paling penting bagi mereka”, katanya lagi.

Senada dengan Cristine Chen, Karthick Ramakrishnan, direktur eksekutif AAPI Data, mengatakan
bahwa data yang mereka miliki menggambarkan peta suara secara nasional. “Untuk memberikan
informasi yang akurat dan pemahaman publik,” katanya.

Jajak pendapat ini menggunakan dua model pengumpulan data, yaitu secara online dan wawancara langsung melalui telepon. Para responden adalah warga Asia Amerika, Hawai, dan kepulauan Pasifik berusia 18 tahun atau lebih. Data dikategorikan berdasarkan etnisitas, usia, gender, dan tempat lahir. Tingkat Margin of Error kurang lebih 4,7 persen.

-BS-

One Comment

  1. Telkom University Telkom University October 2, 2024

    How do recent opinion polls reflect the shifting political landscape among AAPI voters compared to previous elections?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mission News Theme by Compete Themes.