Rasisme kerap dikaitkan dengan kejahilan, dan jauh dari dunia pendidikan. Namun perilaku rasis kali ini dilakukan oleh seorang pengajar di sebuah perguruan tinggi terkenal di Amerika Serikat, University of Pennsylvania.
Amy Wax, perempuan profesor hukum di universitas yang sering disebut UPenn itu, mempertanyakan kemampuan akademik mahasiswa kulit hitam, mengundang seorang aktifis supremasi kulit putih, Jared Taylor, berbicara di kelasnya, dan mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menjadi negara yang lebih baik apabila jumlah imigran Asia berkurang.
Sebagaimana dilaporkan The Inquirer edisi Senin (23/9/24), serangkaian pernyataan dan tindakan rasis itu mengakibatkan Amy Wax mendapat teguran dan akan dijatuhi sangsi oleh pihak universitas. Wax bakal diskors selama satu tahun, dan menerima hanya separuh gajinya. Ia juga mendapat teguran terbuka dari pimpinan universitas, dan kehilangan tunjangan musim panas. Pengajar ilmu hukum itu juga dituntut membuat nota yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan berbicara di depan publik untuk atau sebagai anggota sekolah hukum Penn Carey. Namun Wax tidak akan dipecat dari jabatannya sebagai profesor tetap di universitas itu.
Dalam sebuah pernyataan resminya, UPenn menilai Wax telah melanggar standar perilaku di lingkungan civitas academica dengan tindakan-tindakannya yang tidak profesional, baik di dalam maupun di luar kelas. “Perangainya itu bertentangan dengan tanggung jawab sebagai seorang dosen, yaitu memastikan kesempatan belajar yang sama bagi seluruh mahasiswa,”.
Sangsi-sangsi yang diputuskan oleh komisi dengar pendapat dewan University of Pennsylvania pada Juni 2023 dan disetujui oleh presiden Penn, Liz Magill, sempat ditinjau ulang oleh Komite Senat untuk Kebebasan dan Tangung Jawab Akademik, menanggapi banding yang diajukan oleh Wax. Namun upaya banding Wax kandas, setelah Komite Senat menyimpulkan keputusan dewan itu sudah mengikuti prosedur yang semestinya.
Meski begitu, Wax masih diperkenankan menyelesaikan tugas mengajar pada tahun ini lantaran skorsing baru akan diterapkan pada tahun 2025. Sangsi itu, yang diputuskan setelah melalui pembahasan selama lebih dari dua tahun, menjadi yang pertama kali dijatuhkan kepada seorang profesor tetap dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
“Ini proses yang sepenuhnya dikerjakan oleh fakultas, dengan sekian banyak waktu dan pikiran yang dicurahkan,” kata Eric Feldmen, ketua senat fakultas, yang juga merupakan seorang profesor.

Dalam sebuah surat teguran kepada Wax yang dipublikasikan di website milik UPenn, Almanac, Selasa (24/9/24), provisor Penn, John L. Jackson Jr. menulis bahwa di tengah-tengah kebebasan akademik yang luas, para dosen wajib menghormati prinsip kesetaraan bagi semua mahasiswa.
“Dewan telah memutuskan bahwa tindakan Anda gagal memenuhi ekpektasi itu, dan itu menciptakan kekhawatiran banyak mahasiswa bahwa Anda tidak bisa dan tidak akan bisa menjadi penilai yang jujur bagi prestasi akademik mereka,” tulisnya.
Sementara itu, dalam suratnya pada 11 Agustus, 2024, Magill menceritakan kesulitan yang dihadapainya dalam menyetujui keputusan sangsi itu, mengingat Wax merupakan dosen yang pernah memperoleh penghargaan atas prestasi mengajarnya. Namun, dalam surat sepanjang 14 halaman itu, Magill mengatakan tindakan Wax “membuat banyak mahasiswa bertanya-tanya apakah mereka akan diajar dan dinilai secara adil olehnya”.
Saat dihubungi lewat telepon, Max hanya menjawab singkat, “ Tolong jangan telepon saya”.(BS)
Be First to Comment