Dari sekian banyak program residensi penulis di seluruh dunia, boleh dibilang IWP merupakan yang terbesar. Sejak pertama kali diadakan pada 1967 hingga sekarang, sudah lebih dari 1500 penulis dari 150 negara—beberapa dari mereka kemudian menjadi penerima hadiah nobel—tercatat sebagai alumni.
Setiap tahunnya, sekitar 30 penulis dari manca negara menjadi peserta program bertajuk IWP Fall Recidency itu. Selama kurang lebih 3 bulan, sejak akhir Agustus hingga akhir November, para penulis terpilih bermukim di Iowa City dan menjalankan berbagai aktifitas kepenulisan. Serangkaian kegiatan seperti pembacaan karya, diskusi panel, dan presentasi di depan mahasiswa fakultas sastra, dirancang dan diatur oleh University of Iowa selaku tuan rumah.
Selain itu, penyelenggara juga berkolaborasi dengan komunitas film dan teater di lingkungan kampus untuk pemutaran film dan pertunjukan drama yang naskahnya ditulis atau diadaptasi dari karya para peserta. Seluruh kegiatan itu mendapat perhatian publik, baik dari lingkungan kampus maupun dari warga kota. Gedung tempat acara-acara itu diselenggarakan selalu dipadati pengunjung.
Para peserta juga kerap mendapat undangan dari komunitas-komunitas seni dan literasi setempat, baik untuk berbagi gagasan, wawancara, maupun sekadar makan malam kehormatan. Di luar itu, para peserta diberikan kebebasan untuk mengatur kegiatan mereka sehari-hari. Artinya, IWP menyediakan waktu dan tempat yang kondusif bagi para penulis untuk menghasilkan karya.
Departemen luar negeri Amerika Serikat merupakan penyandang dana terbesar IWP, disusul pemerintah kota Iowa dan pihak swasta. Pemerintah Amerika Serikat dan kota Iowa tampak sangat berkepentingan agar program ini terus berlangsung, terlihat dari konsistensi penyelenggaraannya yang sudah lebih dari setengah abad.
Reputasi Iowa sebagai pusat sastra di Amerika, terlebih setalah Iowa City ditetapkan sebagai City of Literature oleh UNESCO pada 2008, sepertinya menjadi salah satu alasan para pemangku kepentingan di Amerika Serikat memberikan dukungan penuh kepada IWP. Puluhan penulis dari berbagai belahan dunia setiap tahun dikumpulkan di Iowa untuk saling berbagi gagasan dan pengalaman, menjadikan kota itu sebagai titik pertemuan literasi lintas budaya terbesar di dunia.
Di Iowa, para penulis dari berbagai latar belakang ras dan budaya itu berinteraksi, saling mengenal, membangun jaringan kerja dan persahabatan personal. Pada saat yang sama mereka juga melihat langsung bagaimana keseriusan Iowa—dalam hal ini University of Iowa dan pemerintah kotanya—membangun ekosistem sastra di sana.
University of Iowa tersohor sebagai pusat pengajaran penulisan kreatif terbaik di Amerika Serikat, dan telah melahirkan puluhan pemenang hadiah Pulitzer. Banyak penulis ternama yang pernah belajar dan tinggal di Iowa, di antara mereka adalah Raymond Carver, John Irving, dan Kurt Vonnegut.
Pantas jika kemudian Iowa berupaya merawat dan mengokohkan dirinya sebagai “kota sastra” terdepan di dunia. Lebih dari 180 event digelar setiap tahunnya, termasuk Iowa City Book Festival (ICBF) dan Iowa Writing Festival (IWF). Pada 1999, pemerintah kota Iowa membuat Literary Walk, yaitu pemasangan serangkaian panel perunggu di trotoar kota, berisi kutipan dari buku karya para penulis yang memiliki kaitan dengan Iowa.
Di tengah-tengah iklim literasi yang segar seperti itulah, Iowa menjadi rumah bagi puluhan penulis peserta IWP. Nama-nama besar seperti Janus Glowacki, David Albahari, Etgar Keret, dan penerima nobel sastra Orhan Pamuk, Mo Yan, dan Han Kang adalah di antara para alumninya. Semua itu menjadikan IWP sebagai program residensi yang diimpikan oleh banyak penulis di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dan sejak 1972, hampir setiap tahun, pemerintah Amerika Serikat melalui kedubesnya di Jakarta mengundang penulis Indonesia. Gerson Poyk dan Sori Siregar menjadi penulis-penulis Indonesia pertama yang diundang.
Sampai tahun ini, sudah 42 nama yang menjadi alumni IWP. Di antara mereka adalah Taufik Ismail, Abdul Hadi WM, Sutardji Calzoum Bachri, Putu Wijaya, Danarto, Emha Ainun Najib, Ahmad Tohari, dan Ayu Utami.
Penulis asal Aceh, Putra Hidayatullah, diundang mewakili Indonesia pada IWP 2024. Semoga program itu berjalan lancar, dan Putra Hidayatullah pulang ke tanah air dengan selamat akhir November nanti, membawa manfaat bagi karir kepenulisannya dan juga sastra Indonesia.[]
Be First to Comment