Para pemimpin agama diminta untuk menyelamatkan para imigran tanpa dokumen yang tinggal di Philadelphia. Imbauan itu diserukan oleh Pendeta Renee McKenzie, salah satu pimpinan Gereja Calvary Saint Augustine Episcopal Church. ‘’Mereka yang terlunta-lunta akan Kembali ke Gereja,’’ ujar Renee. ‘’Saya berdoa seluruh gereja dan kelompok agama lain, akan cepat tanggap, untuk menampung para imigran asing di gerejanya masing-masing,’’ sambung Renee yang pernah menampung sejumlah imigran tanpa dokumen di gerejanya pada tahun 2017 silam.
Imbauan itu disuarakan Renee setelah menyaksikan kemenangan Donald J. Trump dalam Pemilihan Presiden 2024 lalu. Menjelang pelantikannya Januari nanti, Trump telah menggelar sejumlah langkah yang akan diterapkan di hari pertama usai dilantik menjadi Presiden AS pada 20 Januari 2025. Terutama mendeportasi para imigran illegal di AS. ‘’Pesan kami kepada setiap orang yang masuk tanpa dokumen adalah: Segera angkut kopor kalian karena Donald Trump segera kembali,’’ ujar James David Vance, Wakil Presiden Trump saat berkampanye di Leesport, Pennsylvania September lalu.
Ancaman itu ditanggapi serius oleh Peter Pedemonti, wakil direktur Blanca Pacheco, dari New Sanctuary Movement di Philadelphia. Kepada harian The Philadelphia Inquirer, Pedemonti menjelaskan bahwa pihaknya telah berkonsultasi dengan sejumlah pemimpin imigran yang pernah menghadapi pemerintahan opresif di negara masing-masing. ‘’Saya kira kali ini bakal lebih buruk,’’ tutur Peter Pedemonti, yang pernah berpengalaman menyelamatkan sejumlah warga asing di gerejanya, dari penangkapan petugas ICE (Immigration and Costum Enforcement) beberapa tahun silam.
Hingga berita ini ditulis, diperkirakan ada 11 juta imigran tanpa dokumen yang tinggal di AS. 40% di antaranya dari Mexico dan negara-negara Amerika Latin, menurut data Pew Research Center. Sementara jumlah warga Indonesia yang berstatus tidak jelas di Pennsylvania diperkirakan hanya sekitar 1000 jiwa. Ini berdasarkan hitungan kasar dari sensus penduduk tahun 2023 yang menyebutkan jumlah total Diaspora Indonesia sekitar 147 ribu lebih di seluruh AS.
Perlu diketahui bahwa Philadelphia adalah salah satu kota dengan status Sanctuary City yang artinya sebagai berikut: Kota berstatus demikian tidak bersedia bekerjasama dengan Immigration and Customes Enforcement ICE atau petugas imigrasi. Belakangan ini status itu menjadi senjata makan tuan karena meningkatnya kaum imigran tanpa dokumen yang melakukan kejahatan. ”Jika petugas keamanan tidak berhasil menegakkan status keimigrasian atau melepaskan kaum kriminal ke jalanan, maka adalah tugas ICE untuk melindungi kepentingan umum dan melakukan tugasnya,” demikian bunyi peringatan di situs ICE.
Negara bagian dan kota-kota yang termasuk Sanctuary Cities adalah: California: Alameda, Berkeley Fremont, Los Angeles, Oakland, San Francisco (county dan kota); San Mateo County, Santa Ana, Santa Clara County dan Watsonville. Lalu ada Colorado: Boulder, dan Denver. Juga ibukota Washington DC. Ada pula Illinois: Chicago dan Cook County. Massachussetts: Amherst, Boston, Cambridge, Concord, Lawrence, Newton, Northampton dan Somerville. Maryland: Howard County, Hyattsville, Prince George’s County, Rockville. New Jersey: Newark; New York: Albany, New York City, Westchester County. Pennsylvania: Lancaster, Lehigh County, Northampton County dan Philadelphia. Negara Bagian Vermont: King County, Seattle, Walla Walla County.
Sementara itu, seluruh warga Indonesia di AS kini tengah menghadapi keputusan baru Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (Menhukam RI). Keputusan yang diterapkan mulai September lalu, menyebutkan setiap warga yang hendak memperpanjang paspornya diwajibkan membawa bukti resmi. Bila tidak mampu membawa bukti-bukti itu, mereka akan diberi Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai penggantinya dan hanya berlaku selama satu tahun. Seandainya ada yang tidak bersedia mengurus SPLP maka besar kemungkinan mereka akan berstatus stateless atau tidak memiliki kewarga-negaraan apapun. (Lihat Diaspora Indonesia di AS Gelisah Akibat Peraturan Baru Paspor dan SPLP – indonesianlantern.com
Sejumlah pemimpin agama di Philadelphia telah mengajukan permohonan agar para wakil pemerintah Indonesia untuk hadir memberikan penjelasan dalam pertemuan antar warga Indonesia di Philadelphia. Namun sayang permohonan itu belum ada kepastian hingga berita ini ditulis. Upaya terakhir diupayakan lagi oleh salah seorang pemimpin agama di Philadelphia untuk bertemu dengan pihak Konsulat Jenderal RI di New York, untuk menyampaikan keluhan dan keberatan warga Indonesia di Philadelphia. Belum ada kabar lagi.
Hal inilah yang belakangan ramai terdengar kabar, sejumlah warga Indonesia ramai-ramai menyerbu sejumlah kantor pengacara untuk mengurus surat permohonan suaka politik atau asylum dengan berbagai alasan. Termasuk di antaranya kekerasan rumah tangga dan perlakuan buruk oleh kelompok dan agama tertentu. Banyak di antara Diaspora Indonesia yang masih menunggu statusnya dikabulkan atau tidak. (DP)
Be First to Comment