Presiden terpilih Donald Trump berencana melaksanakan apa yang disebutnya sebagai “program deportasi terbesar dalam sejarah Amerika” setelah pelantikannya bulan depan. Langkah kontroversial ini membuat banyak keluarga imigran menjalani masa liburan mereka dengan perasaan cemas dan takut.
Felipe Sousa-Lazaballet, pemimpin Hope CommUnity Center, sebuah organisasi nirlaba di Orlando, Florida, yang mendukung para imigran dan komunitas terpinggirkan, menyampaikan keprihatinannya. “Banyak dari kita yang merayakan Natal bersama sambil berpikir, ‘Ya Tuhan, apakah ini terakhir kalinya kita bisa merayakan Natal bersama anggota keluarga kita?'” ujarnya dengan nada sedih. “Ini benar-benar menyayat hati,” tambahnya.
![](https://indonesianlantern.com/wp-content/uploads/2025/01/metin-ozer-spFYbCSF-Ec-unsplash-1-1-300x200.jpg)
Untuk memenuhi janji kampanye Trump yang ingin mendeportasi lebih dari 11 juta imigran tanpa dokumen, pemerintahan mendatang berencana menghapus kebijakan yang membatasi tindakan penegakan imigrasi di tempat-tempat sensitif seperti sekolah, gereja, dan rumah sakit, menurut laporan NBC News. “Hanya dengan cara seperti itu mereka dapat memenuhi target mendeportasi jutaan orang,” kata Sousa-Lazaballet.
Ketakutan dan Persiapan Komunitas Imigran
NBC News berbicara dengan beberapa advokat hak imigran di empat negara bagian, yang semuanya melaporkan lonjakan kekhawatiran di kalangan imigran. Para advokat menerima banyak telepon dari individu dan keluarga yang ingin mengetahui hak-hak mereka, serta dari komunitas, sekolah, dan gereja yang bertanya bagaimana mereka dapat membantu.
Sebagai respons, berbagai organisasi nirlaba mulai mengadakan pelatihan tentang hak-hak imigran dan membantu keluarga mempersiapkan rencana darurat jika anggota keluarga mereka ditangkap atau dideportasi. “Kami ingin keluarga-keluarga ini siap menghadapi kemungkinan terburuk,” ujar salah satu advokat.
![](https://indonesianlantern.com/wp-content/uploads/2025/01/greg-bulla-Qle4xmDSLDc-unsplash-1-200x300.jpg)
Kebijakan Baru yang Memperburuk Situasi
Javier Hidalgo, direktur hukum dari organisasi advokasi RAICES, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kebijakan baru yang semakin mempersempit ruang gerak imigran. Di Texas, misalnya, pemberlakuan undang-undang baru mewajibkan beberapa rumah sakit untuk menanyakan status keimigrasian pasien. “Kebijakan ini benar-benar mendorong para imigran lebih jauh ke dalam bayang-bayang gelap,” ujar Hidalgo dari kantornya di San Antonio.
Situasi ini tidak hanya menciptakan ketegangan di komunitas imigran, tetapi juga menimbulkan pertanyaan etis dan kemanusiaan yang mendalam. Sementara Trump bersiap untuk merealisasikan rencana ambisiusnya, ribuan keluarga menghadapi ketidakpastian yang membayangi masa depan mereka di Amerika.
-Ben Shahab-
I’ve been struggling to keep up with my coursework lately, and I’m seriously considering professional help. Can anyone recommend a reliable service to do my assignment without compromising quality?